“Ya enggak sih (kurangi porsi makan buat keluarga), tapi jajan anak jadi dikurangi. Kan kasihan jadinya. Pemerintah mah enak duitnya banyak, lah kita? Boro-boro,” ujar Suherni.
Baca juga: Kurangi Jajan Anak gara-gara Harga Beras Naik, Emak-emak: Pemerintah Mah Enak Duitnya Banyak
Sebelum ada kenaikan harga beras, Suherni mengaku kerap memberikan jajan anaknya senilai Rp 25.000 setiap harinya.
“Sekarang saya kasih Rp 15.000. Kasihan dia, belum buat ongkos pulangnya. Cuma, ya saya bawakan bekal setiap hari sekarang, biar tambah irit. Ya hitung-hitung belajar hemat juga buat anak,” kata Suherni.
Sementara itu, seorang pedagang lontong bernama Yuyun (52) juga merasa keberatan dengan kenaikan harga beras beberapa waktu terakhir.
Karena harga beras yang membubung tinggi, Yuyun jadi memikirkan perubahan harga pada satu porsi lontong yang ia jual.
"Mahal banget (harga beras), saya sebagai pedagang lontong kesusahan. Mau dijual berapa itu lontong kalau harga beras naik?" kata Yuyun.
"Kita kan rakyat kecil, tolonglah diperhatikan. Masak mau begini terus, sudah mau puasa lagi. Yang bener saja? Rugi dong," lanjut dia.
Baca juga: Dilema Yuyun di Tengah Kenaikan Harga Beras: Lama-lama Lontong Saya kayak Momogi...
Sebagai pedagang lontong yang setiap pagi berjualan di Jalan Kelapa, Kebagusan, ia kini juga bingung memberikan harga satu porsi lontong.
Apabila harga beras terus naik, ia terpaksa memperkecil ukuran lontongnya. Bahkan, ia berkelakar bahwa ukuran lontongnya kelak bisa jadi seukuran makanan ringan untuk anak kecil.
"Kalau mau jual dengan harga yang sama ya, jadinya cuma sedikit lontongnya. Kasihan juga pembeli. Lama-lama ini lontong kayak Momogi kalau beras terus naik," ucap Yuyun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.