Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Takut Bertemu Pengawas TPS yang Melecehkannya, Korban Ubah Gaya Berkerudung dan Kenakan Masker

Kompas.com - 28/02/2024, 08:07 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perempuan berinisial WI (19) langsung mengubah gaya berkerudungnya usai menjadi korban pelecehan seksual yang diduga dilakukan pengawas tempat pemungutan suara (TPS), IA.

“Akibat kejadian itu (pelecehan), dia sampai mengubah gaya berkerudungnya,” kata IH selalu kakak korban saat dihubungi, Selasa (27/2/2024).

Walau demikian, tak semua jenis kerudung dikenakan dengan cara berbeda oleh WI.

Korban disebut hanya mengubah satu jenis gaya berkerudung, yakni jenis kerudung yang dikenakannya saat mendapatkan pelecehan.

“Dia bilang ke saya gini, ‘Kak tahu enggak kenapa pas pakai kerudung ini talinya dimasukkan ke dalam. Karena pas kejadian, aku pakai kerudung model ini. Aku takut bapak itu masih ingat’,” ungkap IH seraya menirukan perkataan sang adik.

Baca juga: Pengawas TPS di Jaksel Diduga Lecehkan Anggota KPPS Usai Antar Kotak Suara

Selain mengubah gaya berkerudung, WI yang juga anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) juga selalu mengenakan masker saat keluar kamar apartemen.

Korban mengenakan masker supaya pelaku tak mengenali wajahnya, karena IA tinggal di tower yang sama di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan.

“Pelaku suka nongkrong di lobi apartemen. Jadi dia selalu pakai masker supaya wajahnya tak mudah dikenali,” ucap IH.

Padahal, menurut pengakuan IH, sang adik sebelumnya tak pernah mengenakan masker saat keluar dari kamar apartemen.

Kebiasaan baru ini muncul akibat trauma yang dirasakan korban usai mendapatkan pelecehan.

“Setelah kejadian baru pakai masker, sebelumnya enggak pernah. Jadi dia trauma dan benar-benar takut jika pelaku mengenalk wajahnya,” imbuh dia.

Kronologi pelecehan

IH mengungkapkan, peristiwa ini terjadi beberapa jam setelah sang adik merampungkan tugasnya sebagai anggota KPPS di TPS 69 Apartemen Kalibata City, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (14/2/2024).

“Kejadian pelecehan yang menimpa adik saya terjadi pada tanggal 15 Februari 2024 dini hari, saat dia ikut mengantar surat suara ke gudang KPU di tingkat kecamatan,” ujar IH.

Mulanya, kata IH, semua berjalan sebagaimana mestinya.

Baca juga: Syok, Korban Pelecehan Petugas TPS di Jaksel Baru Cerita ke Keluarga Keesokan Harinya

Sang adik waktu itu mengantarkan kotak surat suara bersama IA dan Ketua KPPS berinisial IV menggunakan sebuah mobil.

Ketika berangkat menuju gudang KPU, IV bertugas menyetir kendaraan, IA duduk di kursi depan samping sopir, dan WI duduk di belakang.

“Karena adik saya kelelahan, dia akhirnya enggak ikut membantu nurunin logistik di lokasi. Dia tidur di dalam mobil,” ungkap kakak korban.

Pelaku melancarkan aksinya

Singkat cerita, korban akhirnya baru terbangun saat mobil sudah berada dalam perjalanan pulang.

Namun, saat terbangun, korban menyadari ada perpindahan posisi tempat duduk.

Terduga pelaku yang sebelumnya duduk di kursi depan berpindah ke belakang dan duduk di sebelah WI.

“Pas di jalan pulang, pelaku tiba-tiba sudah duduk di belakang, sama adik saya. Jadi kursi di samping sopir itu kosong pas pulang,” tutur kakak korban.

Baca juga: Diduga Dilecehkan Pengawas TPS di Jaksel, Korban Tak Bisa Tidur dan Takut Keluar Malam

Melihat WI terbangun, IA kemudian berbasa-basi menanyakan kondisi korban.

Ia bertanya apakah korban kedinginan atau tidak sambil memegang tangan WI.

“Adik saya mikirnya waktu itu gini, 'Oh mungkin bapak ini anggap saya sebagai anaknya. Jadi megang-megang tangan'. Soalnya si pelaku ini udah tua banget, usianya mungkin di atas 60 tahun. Terus akhirnya dibiarin sama adik saya, karena cuma memegang tangan saja,” ucap IH.

Namun, tindakan IA ternyata tak sebatas memegang tangan korban saja.

IA turut mencium kedua telapak tangan korban berulang kali hingga WI merasa risih.

“Adik saya takut mau teriak. Mau melakukan perlawanan, tapi enggak berani,” sambung IH.

Berusaha mencium korban

Ketika mobil sudah dekat dengan apartemen, kelakuan bejat IA semakin menjadi.

IA berupaya untuk mencium korban dengan mengarahkan kepala WI ke wajahnya.

“Pas sudah di dekat Apartemen Kalibata City, yang flyover, pelaku tiba-tiba megang wajah adik saya dan mengarahkan muka adik saya ke arah mukanya untuk dicium. Jadi ditarik mukanya sama dia,” kata kakak korban.

WI yang kaget dengan aksi itu sontak mengelak. Ia berusaha memalingkan wajahnya supaya IA tak berhasil menciumnya.

Sebab, IA mengarahkan langsung wajahnya ke bagian bibir korban.

“Adik saya sontak mengelak. Jadi karena ngelak, enggak kena bibir sama bibir. Jadi bibir adik saya kena ke arah kumisnya. Ke arah samping gitu kurang lebih,” tutur kakak korban.

Kini, kasus dugaan pelecehan juga telah dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Selatan.

Laporan itu teregistrasi dengan nomor LP/B/539/II/2024/SPKT/Polres Metro Jaksel/Polda Metro Jaya tanggal 21 Februari 2024.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com