Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Masjid An-Nawier, Berdiri Zaman Hindia Belanda di Kampung Mayoritas Muslim

Kompas.com - 21/03/2024, 20:58 WIB
Rizky Syahrial,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masjid An-Nawier, Pekojan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, dibangun pada zaman Hindia Belanda, atau tepatnya pada 1760 Masehi.

Ketua Nazir Masjid Jami An-Nawier, Ustaz Dikky Basanddid mengatakan, Kampung Pekojan dulunya dihuni oleh mayoritas umat muslim.

"Dahulu, membangun rumah ibadah itu lokasinya dihuni mayoritas kaum muslimin," kata Dikky saat ditemui di lokasi, Kamis (21/3/2024).

Menurut dia, Kampung Pekojan merupakan kampung muslim tertua di Batavia.

Baca juga: Mengunjungi Masjid Berusia 294 Tahun di Tambora yang Bergaya Eropa Kuno

Kata Dikky, kala itu daerah Pekojan dihuni etnis Koja, etnis Yaman, dan etnis pribumi salah satunya suku Betawi dan Madura.

Karena dihuni oleh sebagian besar orang muslim, Masjid An-Nawier bersebelahan dengan mushala dan masjid lain.

Namun, ketika memasuki ibadah shalat Jumat, masyarakat Pekojan pasti beribadah di Masjid An-Nawier.

"Makanya masjid ini disebut "Masjid Jami", berkumpulnya mereka satu pekan sekali di hari Jumat. Namun, kami belum mengetahui siapa yang menetapkan masjid ini sebagai Masjid Jami," kata Dikky.

Baca juga: Ngabuburit ke Masjid Kubah Emas, Tempat Ibadah yang Adopsi Gaya Arsitektur Timur Tengah

Di bagian belakang Masjid An-Nawier, terdapat menara berwarna putih. Terlihat beberapa pengeras suara ada di dalam menara itu.

Menurut Dikky, menara itu sebagai tanda Masjid An-Nawier merupakan Masjid Jami, serta untuk mengumandangkan azan.

"Menara itu difungsikan alat untuk mengumandangkan azan di masanya, belum ada pengeras suara saat itu," papar dia.

Terdapat puluhan pintu setinggi 2,5 meter untuk akses masuk masjid itu. Selain itu, terdapat juga pilar di bagian dalam masjid yang tingginya sekitar 5 meter hingga atap masjid.

Baca juga: Masjid Agung Sunda Kelapa, Wisata Religi di Jakarta yang Punya Atap Unik Serupa Perahu

Dikky mengatakan, pilar dan pintu itu seperti bangunan yang berada di kota tua dan bergaya eropa kuno.

"Bangunan ini sama dengan yang ada di kota tua atau bangunan bergaya eropa khasnya terdiri dari pilar yang menjulang tinggi," kata dia.

Selain itu, terdapat 33 pilar tinggi di dalam masjid. Menurut Ustaz Dikky, pilar itu melambangkan tasbih yang dibaca usai shalat.

"Sebilangan dengan bacaan tasbih. Nah jadi tiang itu melambangkan bacaan," ungkap Dikky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com