JAKARTA, KOMPAS.com - Kecintaan Idham Aulia Shaffansyah (28) pada dunia seni membuatnya mendirikan sebuah komunitas bernama Lentera Kata pada Agustus 2020.
Selama tiga tahun pertama komunitas itu berjalan, ia sambil bekerja di sebuah perusahaan start-up.
Namun, akhirnya ia meninggalkan pekerjaan penuh waktu itu demi fokus di komunitas untuk menjawab panggilan hatinya.
“Ketika gue kerja fulltime kantor atau di manapun, selalu ada panggilan untuk gue melakukan (proyek seni), berkarya,” ujar Idham saat ditemui di Bengkel Lentera Kata, Fatmawati, Jakarta Selatan, Rabu (12/6/2024).
Baca juga: Jakpro Buka Kelas Seni dan Budaya Lewat Acara “Tim Art Fest” Mulai 30 Mei
Panggilan jiwa itu menguat di masa pandemi Covid-19 melanda atau sekitar tahun 2020.
Sebelum pandemi, mahasiswa jurusan sastra Indonesia ini rutin tampil untuk membaca puisi minimal satu tahun sekali. Namun, saat pandemi, semua acara membaca puisi terhenti.
“Akhirnya, gue kepikiran, gue kayaknya harus bikin malam puisi,” lanjut dia.
Lentera Kata awalnya hanya nama acara untuk malam puisi yang ia buat bersama dengan juniornya dari kampus. Namun, nama ini melekat pada acara-acara seni selanjutnya.
Selain itu, Lentera Kata juga menjadi tempat bagi Idham untuk memenuhi janji yang ia buat semasa kuliah.
“Gue ada nazar (janji) untuk bikin pementasan teater kalau gue lulus kuliah (dalam waktu) empat tahun,” kata Idham.
Baca juga: Karya Seni Pelukis Ternama di Dunia Hiasi Sejumlah Halte Transjakarta
Janji ini pun ditagih oleh beberapa juniornya dari komunitas Teater Pagupon, tempat Idham mulai jatuh cinta dengan teater, panggung, dan seni peran.
Ditagih pada tahun 2021, dipersiapkan sepanjang 2022, dan akhirnya pada 2023, pementasan teater pertama dengan nama Lentera Kata "Suara Mustaka" pun dipentaskan di Auditorium Gedung IX FIB UI, Depok.
Saat itu, Lentera Kata masih dibantu oleh Teater Pagupon, baik dari segi administrasi atau beberapa anggota dalam tim produksi.
Idham mengatakan, saat itu, pementasan "Suara Mustaka" masih mengandalkan semangat teater kampus. Baik pemain, staf manajerial, hingga sutradara, satu pun tidak ada yang dibayar.
Bahkan, untuk membiayai produksi dan sesi latihan, Idham sampai menjual iPad, amplifier, hingga gitarnya. Semua dilakukan agar bisa menjalankan pementasan, minimal membelikan konsumsi bagi para pemain dan pengisi panggung yang tengah latihan.
“Bagi sebagian orang, berteater, berkesenian itu enggak mesti berbisnis. kadang-kadang butuh refreshing,” imbuh dia.
Baca juga: Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...
Idham mengatakan, hingga saat ini, semangat teater kampus itu masih melekat. Kebanyakan anggota pementasan atau acara kesenian yang diadakan oleh Lentera Kata masih belum dibayar.
Namun, hal ini tidak berlaku jika Lentera Kata mendapatkan sejumlah proyek untuk menjadi pengisi acara dalam suatu festival. Namun, uang yang dihasilkan pun tidak terbilang banyak.
Idham berharap, setelah ia fokus mengurus Lentera Kata, nasib pekerja seni di bawah naungannya bisa lebih sejahtera.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.