JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Yayat Supriatna menilai, warga yang tinggal di Gang Venus, Tambora, Jakarta Barat, memanfaatkan sedikit ruang sempit untuk tinggal.
Mereka seolah tak peduli tinggal di permukiman yang sangat padat, bahkan sampai sinar matahari yang masuk pun minim, asalkan punya tempat tinggal.
"Jadi karena padatnya Jakarta, warga pun maksimalkan ruang untuk tinggal," kata Yayat saat dihubungi, Senin (17/6/2024).
Baca juga: Menyambangi Gang Venus Tambora, Permukiman Padat yang Minim Sinar Matahari
Idealnya, kata Yayat, manusia membutuhkan ruang untuk tinggal paling tidak seluas tujuh meter.
Minimnya sinar matahari yang masuk ke permukiman membuat udara menjadi lembap dan warga mudah terserang penyakit.
"Sinar matahari enggak masuk, otomatis lembap kan. Jadi banyak juga penyakit di sana," kata Yayat.
Selain itu, penggunaan energi lampu di rumah menjadi tinggi. Hal ini membuat rumah rawan kebakaran.
"Lampu tidak pernah dimatikan, karena itu jadi pemakaian berlebihan, panas, makanya Tambora rawan kebakaran," kata dia.
Yayat mengatakan, lingkungan itu tidak sehat.
Baca juga: Puluhan Tahun Tinggal di Rumah Minim Sinar Matahari, Warga Gang Venus: Alhamdulillah Betah
"Harus diatur lagi, direlokasi atau ditata," imbuh dia
Gang Venus merupakan salah satu titik padat penduduk di Kawasan Tambora.
Bahkan, sinar matahari seakan-akan ditolak masuk oleh atap-atap rumah warga yang terbuat dari seng.
Senggol menyenggol jadi hal lumrah di gang ini. Sebab, gerobak maupun sepeda motor terparkir di sisi kanan dan kiri jalan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.