Dikutip Harian Kompas, 24 Juni 2004, pemerintah daerah ketika itu mengenalkan kancil yang digadang bakal menggantikan bajaj.
Pada tahap awal, Pemprov DKI mengizinkan operasi 250 unit kendaraan.
Kancil itu dikenalkan sebagai kendaraan angkut niaga cilik irit dan lincah.
Baca juga: Blok M Jadi Saksi Perkembangan Transportasi Jakarta
Namun para pengusaha dan pengemudi bajaj ketika itu menolak kancil.
Ketua Paguyuban Bajaj Jakarta, ketika itu, Tarjono mengatakan, para pengusaha dan pengemudi bajaj menolak kancil karena secara ekonomis tidak terjangkau.
"Harga kancil terlalu mahal, satu unit Rp 42 juta, sedangkan bajaj sekitar Rp 14 juta hingga Rp 16 juta per unit," kata Tarjono.
Oplet. Angkutan umum tersebut sampai saat ini mungkin masih cukup dikenal oleh masyarakat era 1950-an hingga 1980.
Bahkan, kendaraan ini juga digunakan sebagai properti film "Si Doel Anak Sekolahan".
Oplet adalah istilah bus kecil yang berbasis mobil Morris Minor 1000 Traveler buatan Inggris.
Dikutip dari Kompas yang terbit pada 23 Januari 2018, sempat terjadi peremajaan bus kecil dari sebelumnya menggunakan Morris Minor menjadi Toyota Kijang pada tahun 80-an.
Baca juga: Transportasi Jakarta Tetap Dikembangkan meski Bukan Ibu Kota, Sekda: Mobilitas Warga Tak Berkurang
Kendaraan itu disebut mikrolet. Dengan begitu, pada saat inilah penggunaan istilah mikrolet mulai muncul untuk membedakannya dengan oplet.
Ketua DPD Organda DKI Jakarta, ketika itu, Shafruhan Sinungan mengatakan, istilah oplet, mikrolet, dan angkot hanya soal penyebutan yang berlaku di masyarakat.
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, ketiganya tetap dikategorikan sebagai bus kecil.
Metromini atau Kopaja dulunya sempat menjadi primadona sebagai transportasi umum di DKI Jakarta.
Keberadaan dan trayeknya ketika itu memudahkan masyarakat yang ingin bepergian.
Bus ini menjamur di berbagai terminal seperti terminal Lebak Bulus, Kampung Rambutan, Blok M dan masih banyak terminal lain di Jakarta.
Baca juga: Harga BBM Naik, DTKJ Minta Subsidi Transportasi Jakarta Dihitung Ulang
Ongkos dari angkutan umum itu pun berkisar Rp 2.000- Rp 7.000 saja hingga membuat dilirik penumpang.
Sayangnya keberadaan metromini sempat menjadi kontroversi karena banyak sopir yang ugal-ugalan dan tingkat kriminalitas dalam bus yang tinggi.
Kini, transportasi ini mulai tergerus zaman. Angkutan umum itu saat ini digantikan dengan transjakarta, commuter line (KRL), Mass Rapid Transit (MRT), dan Light Rail Transit (LRT).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.