Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trik Pura-pura "Gepeng" agar Dikasihani

Kompas.com - 26/06/2013, 14:16 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Memasuki bulan puasa, biasanya gelandangan dan pengemis (gepeng) menyerbu Jakarta. Jangan cepat merasa kasihan sebab kemungkinan mereka hanya berpura-pura.

Suku Dinas Sosial Kota Administratif Jakarta Selatan melakukan pengintaian bagaimana para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) itu beraksi di jalanan. Kebanyakan dari mereka hanya berpura-pura.

"Di daerah TB Simatupang, itu biasanya mereka yang mengemis dengan modus pura-pura buta. Nah, waktu itu kebetulan tiba-tiba turun hujan, lama-kelamaan deras. Pengemis tahu-tahu lari kocar-kacir nyari tempat neduh," kata Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan Miftahul Huda dalam keterangan tertulisnya, Rabu (26/6/2013).

Ada juga seorang pengemis ibu-ibu meninggalkan begitu saja anaknya ketika ada razia. "Begitu kita gendong bayinya buat dibawa ke panti, itu ibunya malah kabur ninggalin bayinya. Kalau anak kandung, ya enggak mungkin toh ditinggalin gitu aja sama orangtuanya," ungkap Miftahul.

Tidak sedikit khalayak menemukan beberapa pengemis yang biasa beraksi dengan menggunakan bayi sebagai obyek. Hal tersebut agar menggugah rasa empati kepada pengendara di jalan, terlepas bayi tersebut anak kandung atau bahkan hanya bayi sewaan.

Namun, tidak jarang juga para pengemis yang membawa bayi saat diciduk meronta-ronta dan mati-matian menjaga bayinya. "Kalau yang seperti itu modus saja buat narik perhatian masyarakat biar kasihan. Ujung-ujungnya ya petugas yang dicaci maki," ujar Miftahul.

Trik lainnya salah satunya berpura-pura hamil. Wanita-wanita itu menggunakan bantal di balik baju hamilnya. Cara ini dilakukan agar mereka seolah-olah terlihat hamil. Ketika berhasil dijaring, petugas menemukan sebuah bantal di balik baju si pengemis hamil-hamilan ini.

"Sewaktu akan kita razia, itu PMKS hamil-hamilan larinya kenceng banget. Logikanya apa iya perempuan yang tengah hamil besar seperti itu bisa lari dengan cepat," ujar Miftahul.

Sementara gepeng waria yang tertangkap, biasanya melakukan perlawanan dan nekat lompat dari dalam mobil petugas. Dalam kegiatan razia waria, dibutuhkan jumlah personel yang tidak sedikit. Pasalnya, dibutuhkan sekitar enam personel untuk membawa paksa waria masuk ke dalam mobil petugas.

"Kita pernah razia satu waria. Itu tenaganya gede bener. Enam petugas kita sampai kewalahan. Udah sekitar 15 menitan akhirnya itu waria bisa masuk ke mobil. Kemudian petugas berhenti lagi di satu tempat buat merazia gelandang lainnya. Nah, pas petugas mau memasukkan itu gelandang ke dalam mobil, si waria langsung lompat keluar dorong petugas sampai jatuh," cerita Miftahul.

Ada lagi cerita saat merazia pengemis bertangan buntung sebelah. Namun, saat sempat diamati, secara tiba-tiba, pengemis itu mengeluarkan tangan buntungnya untuk memberi bogem mentah kepada orang.

"Kita perhatiin dari jauh. Jadi, sepertinya itu pengemis sedang adu mulut sama rekannya. Setelah beberapa lama adu mulut, tiba-tiba tangan kanannya yang tadi terlihat buntung, tiba-tiba keluar dan ninju orang di depannya. Setelah diperiksa, ya itu tangannya dilipet terus diikat pake tali yang dililit ke perut. Buat ganjel biar enggak jatuh-jatuh tangannya," ungkap Miftahul.

Terakhir adalah merazia anak punk. Petugas Sudin Sosial Jaksel hampir pingsan ketika berada satu mobil dengan anak punk yang terjaring karena bau badan mereka.

"Karena mereka itu kan komunitas anti-kemapanan, segala tindak-tanduknya bebas tanpa aturan, termasuk mandi itu mereka jarang, bukan gaya mereka yang harus setiap hari mandi. Mereka juga minum-minum, nyimeng, lalu ditambah enggak mandi," ujar Miftahul.

Sejumlah kawasan yang rawan akan PMKS di Jakarta Selatan antara lain di perempatan tak jauh dari RS Fatmawati, perempatan Mampang Prapatan, Bintaro, Blok M, sekitar Perguruan Al Azhar di Jalan Sisingamangaraja, Tugu Dirgantara Pancoran, Patung Pemuda Senayan, dan di sekitar Mabes Polri.



Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com