Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lurah Pondok Bambu Tak Menduga Disidak Jokowi

Kompas.com - 18/07/2013, 18:19 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Lurah Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur, Budhy Novian tidak menduga akan didatangi Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Kamis (18/7/2013) siang. Budhy baru tahu setelah Jokowi mendadak tiba di kantornya.

”Kebetulan saya lagi shalat, enggak tahu sama sekali. Beliau dalam rangka sidak pelayanan karena langsung menuju ruang pelayanan,” ujar Budhy kepada Kompas.com saat ditemui di Kantor Kelurahan Pondok Bambu, Kamis (18/7/2013).

Ia mengatakan, tidak ada pemberitahuan dari protokoler mengenai kedatangan Jokowi dalam sidak tersebut. ”Saya ketemu pas sudah ada dialog (dengan warga). Saya samperin ke (lantai) bawah,” ujar Budhy.

KOMPAS.com/FABIANUS JANUARIUS KUWADO Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kiri) melakukan inspeksi mendadak di Kelurahan Pondok Bambu, Jakarta Timur, Kamis (18/7/2013) siang. Jokowi berbincang dengan warga yang tengah mengurus pembuatan KTP atau KK.


Dalam kesempatan itu, kata dia, Jokowi menerima keluhan dari warga tentang pelayanan pembuatan kartu keluarga (KK) yang terlalu lama di kelurahan tersebut. Selain itu, ada warga yang mengadu kepada Jokowi tentang pelayanan di kantor kelurahan itu.

Budhy mengatakan, ada warga yang menyampaikan komplain soal pengurusan dokumen kepindahan anaknya untuk dapat tinggal di Pondok Bambu. Warga bernama Rol Bariah tersebut mengeluh kepada Jokowi karena permohonan tinggal bagi anaknya, Haryati, di RT 006 RW 010, Pondok Bambu, ditolak ketua RT setempat.

”Pak RT tidak mau memberikan pengantar dengan alasan kedatangan (anak) ibu ini akan dimusyawarahkan dulu. Karena, menurut catatan, di rumah tinggalnya sudah ada tiga orang kepala keluarga,” kata Budhy.

Budhy mengatakan, warga tersebut tinggal dengan tiga kepala keluarga dalam satu rumah kontrakan. Menurut dia, tidak mungkin bagi anak warga itu untuk kembali menetap di kontrakan tersebut. Apalagi, rumah kontrakan di wilayah Pondok Bambu rata-rata tidak berukuran besar.

”Jadi mau tinggal di alamat yang sama, yang sudah ada (keluarga). Kalau ditambah satu keluarga yang jumlah anggota ada enam, ditambah tiga KK yang jumlahnya sembilan orang, jadi 15 orang, tidak mungkin,” ujarnya.

Selain itu, kata Budhy, Haryati yang memiliki KTP Tangerang juga tidak menyertakan surat keterangan catatan kepolisian. Ketua RT setempat juga tidak melihat ada hubungan keluarga antara Rol dan Haryati. Budhy menyatakan akan menyelesaikan persoalan komplain tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Megapolitan
DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

Megapolitan
7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

Megapolitan
Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com