Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Siswi SMP Tertabrak Bukan karena Metromini Tak Layak Jalan"

Kompas.com - 25/07/2013, 00:25 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Insiden tertabraknya tiga siswi SMP oleh metromini di Rawamangun, Jakarta Timur, pada Selasa (23/7/2013) terjadi bukan karena bus tak layak jalan, melainkan karena sopir tidak siap. Demikian pandangan sejumlah sopir metromini di Terminal Blok M, Jakarta Selatan, Rabu (24/7/2013).

Tiga siswi yang tertabrak itu bernama Rahmi, Revi, dan Bennity. Mereka tertabrak metromini bernomor polisi B 7669 AS yang dikemudikan WAS (35) di jalur busway dekat Selter Layur, Jalan Pemuda, Rawamangun, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Selasa (23/7/2013) sekitar pukul 16.00.

Akibat kecelakaan itu, tiga siswi tersebut mengalami cedera parah dan dirawat terpisah di rumah sakit berbeda. Rahmi dan Revi dibawa ke Rumah Sakit Antam, sementara Bennity dirawat di Rumah Sakit Persahabatan. Bennity akhirnya meninggal dunia.

Menurut penyelidikan polisi, WAS mengemudi dalam keadaan sehat, tetapi bus metromini itu berada dalam kondisi tak layak jalan. Salah satu acuannya adalah rem dan kopling yang diikat dengan karet ban dalam.

"(Kecelakaan terjadi) bukan gara-gara (rem dan kopling diikat karet). Sopirnya saja yang enggak sigap," kata Dapot, sopir Metromini S610 (Blok M-Pondok Labu), Rabu sore.

Menurut Dapot, biasanya rem dan kopling diikat dengan karet supaya kembali ke posisi semula setelah pedal dilepas. Dapot sendiri mengaku pernah mengemudikan bus metromini dari yang kondisinya cukup baik, sampai yang sangat buruk.

"Jadi, karena ada karet itu, sebenarnya metromini enggak bisa dikebut maksimal. Kalau sudah biasa bawa metromini, enggak akan menabrak oranglah," urai Dapot, yang mengaku sudah sepuluh tahun menjadi sopir metromini.

Dapot juga menilai, kondisi metromini yang beroperasi di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Pusat memang sangat parah ketimbang yang beroperasi di wilayah lain.

"Kalau metromini kami, ada mekanik khususnya. Kalau rem dan kopling jelek, enggak bakal dipakai narik. Jadi, rata-rata di sini masih lebih bagus dibanding yang di sana," ungkap Dapot.

Hal senada dikatakan Darsono (41), sopir Metromini S69 jurusan Ciledug-Blok M.

"Kecelakaan tergantung sopir masing-masing, bukan mobil. Justru, kalau mobil jelek, enggak bisa ngebut. Memang banyak sopir yang suka ugal-ugalan, tapi banyak juga yang tidak. Jadi, kecelakaan tergantung sopir," terangnya.

"Biasanya (sopir ugal-ugalan) karena mengejar rit, jadi mau aplus, mau nguber jam buat sopir siangnya. Tapi memang kadang karena ngejar penumpang juga," urai Darso.

Darsono mengutarakan, membawa bus dengan sistem setengah hari (bergantian dengan satu sopir lain) sebenarnya sudah cukup untuk mendapatkan setoran.

"Kalau mau uang agak lebih banyak, ya ngejar satu rit terakhir tanpa ngetem, dengan ngebut. Ini yang sering dibilang ugal-ugalan," papar Darso.

Saat ditanya mengapa hampir semua sopir metromini beroperasi tanpa seragam, Darso menjawab itu karena banyak sopir tak mampu beli seragam.

"Penghasilan kami berapa sih? Tapi disuruh beli seragam yang bagi kami mahal, sekitar Rp 50.000," kata Darso.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com