Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batalkan Kontrak, TKW Diancam Didenda Rp 27 Juta

Kompas.com - 21/11/2013, 06:35 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Para tenaga kerja wanita (TKW) yang diduga hendak diperdagangkan secara ilegal di Timur Tengah mengaku diancam pihak sponsor (calo-red) dengan denda puluhan juta rupiah apabila melakukan pembatalan secara sepihak. 

Hal tersebut diungkapkan salah satu TKW asal Purwokerto, Jawa Tengah, berinisial NN (30). "Katanya (denda) Rp 27 juta kalau batal," ujar NN di lokasi penggerebekan, Rabu (20/11/2013).

NN menjelaskan, sekitar 5 Oktober 2013 lalu, dia bergabung dengan penyaluran TKI itu dengan tujuan Abu Dhabi, Timur Tengah. Hampir satu bulan dia menunggu, dan sudah tiga hari dia berada di tempat penampungan yang berlokasi di RT 3 RW 10 Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.

"Sekitar tiga minggunya saya sempat pulang nunggu di rumah, habis itu ke sini lagi," ujar NN.

Menurutnya, untuk diberangkatkan, ia sudah memiliki paspor karena sebelumnya sudah pernah bekerja sebagai TKI di Arab Saudi dan sudah pulang pergi Indonesia sebanyak empat kali. Baru kali ini, dia tak tahu penyalur tenaga kerja tersebut ilegal.

"Mau dipekerjakan jadi pembantu rumah tangga di Abu Dhabi," ujar NN.

NN melanjutkan, selama di tinggal di lokasi penampungan, dia diperlakukan apa adanya. Dia diberikan makan seperti biasa oleh pihak penyalur di rumah itu. Hanya, hingga saat ini, ia sendiri belum mengetahui berapa gaji yang akan didapatnya jika jadi dipekerjakan di Abu Dhabi.

"Kalau soal gaji enggak pernah bilang. Kata sponsor, rencananya kita hari ini (Rabu) pukul 23.30 WIB mau diterbangkan," ujar NN.

Hal senada juga disampaikan NI (42), TKW asal Cirebon. Terkait kejadian tersebut, ia pun berencana memilih untuk pulang ke daerah asalnya lagi. "Mau pulang saya, katanya mau dipulangin semua," katanya sembari menangis.

Kepada para TKW, Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Jumhur Hidayat menuturkan, tidak ada denda yang akan berlaku oleh sponsor kepada para korban. Dia berharap korban mau melaporkan siapa yang merekrut dan memberikan ancaman denda terhadap mereka.

"Ada satu kekhawatiran mereka takut diminta ganti rugi karena kalau enggak berangkat mesti ganti rugi Rp 20 juta. Tidak ada denda itu, jadi siapa yang merekrut kita akan tangkap orang itu," ujarnya.

Para TKW itu akan didata oleh pihak BNP2TKI dan akan ditampung sementara di tempat penampungan di Ciracas.

Sebelumnya, lokasi penampungan TKW yang diduga hendak diperdagangkan digerebek pada Rabu malam. Tujuh orang diamankan, berikut seorang penanggung jawab berinisial A (40). Para pelaku terancam pasal perdagangan manusia akibat perbuatan mereka. Proses hukumnya akan diserahkan kepada pihak kepolisian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Bakal Pertimbangkan Marshel Widianto Maju Pilkada Tangsel 2024

Gerindra Bakal Pertimbangkan Marshel Widianto Maju Pilkada Tangsel 2024

Megapolitan
Kekerasan Seksual terhadap Anak Naik 60 Persen, KPAI Ungkap Penyebabnya

Kekerasan Seksual terhadap Anak Naik 60 Persen, KPAI Ungkap Penyebabnya

Megapolitan
Gerindra Kantongi 7 Nama Kader Internal untuk Pilkada Tangsel, Tak Ada Komika Marshel Widianto

Gerindra Kantongi 7 Nama Kader Internal untuk Pilkada Tangsel, Tak Ada Komika Marshel Widianto

Megapolitan
Kaesang Dinilai Tak Cocok Jadi Cawalkot Bekasi karena Tak Lahir dan Besar di Bekasi

Kaesang Dinilai Tak Cocok Jadi Cawalkot Bekasi karena Tak Lahir dan Besar di Bekasi

Megapolitan
Gerindra Pastikan Bakal Usung Kader Internal pada Pilkada Tangsel 2024

Gerindra Pastikan Bakal Usung Kader Internal pada Pilkada Tangsel 2024

Megapolitan
Diisukan Maju Cawalkot Bekasi, Kaesang Disebut Butuh Panggung Politik buat Dongkrak Popularitas

Diisukan Maju Cawalkot Bekasi, Kaesang Disebut Butuh Panggung Politik buat Dongkrak Popularitas

Megapolitan
Zoe Levana Terjebak 4 Jam di Jalur Transjakarta, Bisa Keluar Setelah Bus Penuh Penumpang lalu Jalan

Zoe Levana Terjebak 4 Jam di Jalur Transjakarta, Bisa Keluar Setelah Bus Penuh Penumpang lalu Jalan

Megapolitan
Cibubur Garden Eat & Play: Harga Tiket Masuk, Wahana dan Jam Operasional Terbaru

Cibubur Garden Eat & Play: Harga Tiket Masuk, Wahana dan Jam Operasional Terbaru

Megapolitan
Fakta-fakta Komplotan Begal Casis Polri di Jakbar: Punya Peran Berbeda, Ada yang Bolak-balik Dipenjara

Fakta-fakta Komplotan Begal Casis Polri di Jakbar: Punya Peran Berbeda, Ada yang Bolak-balik Dipenjara

Megapolitan
Kecelakaan Beruntun di 'Flyover' Summarecon Bekasi, Polisi Pastikan Tak Ada Korban Jiwa

Kecelakaan Beruntun di "Flyover" Summarecon Bekasi, Polisi Pastikan Tak Ada Korban Jiwa

Megapolitan
Kekerasan Seksual yang Terulang di Keluarga dan Bayang-bayang Intimidasi

Kekerasan Seksual yang Terulang di Keluarga dan Bayang-bayang Intimidasi

Megapolitan
Kapolres Tangsel Ingatkan Warga Jaga Keamanan, Singgung Maraknya Curanmor dan Tawuran

Kapolres Tangsel Ingatkan Warga Jaga Keamanan, Singgung Maraknya Curanmor dan Tawuran

Megapolitan
Komika Marshel Widianto Jadi Kandidat Gerindra untuk Pilkada Tangsel 2024

Komika Marshel Widianto Jadi Kandidat Gerindra untuk Pilkada Tangsel 2024

Megapolitan
Babak Baru Konflik Kampung Bayam: Ketua Tani Dibebaskan, Warga Angkat Kaki dari Rusun

Babak Baru Konflik Kampung Bayam: Ketua Tani Dibebaskan, Warga Angkat Kaki dari Rusun

Megapolitan
Pengakuan Zoe Levana soal Video 'Tersangkut' di Jalur Transjakarta, Berujung Denda Rp 500.000

Pengakuan Zoe Levana soal Video "Tersangkut" di Jalur Transjakarta, Berujung Denda Rp 500.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com