Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Mau Contoh dari Saya? Buktikan Harta Kamu...

Kompas.com - 04/01/2014, 06:56 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku dia tak menjadi contoh soal penggunaan transportasi massal meski ada instruksi dari Gubernur DKI Jakarta DKI Jakarta Joko Widodo.

Namun, Basuki menyatakan ada contoh lain dan jumlahnya lebih banyak yang bisa diambil masyarakat darinya. "Saya bisa kasih contoh untuk tidak korupsi, masuk kerja paling pagi, tidak telat, betul-betul kerja, dan pulang paling telat," kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Jumat (3/1/2014).

Basuki mengatakan, ada lebih banyak tindakan dan sikapnya yang juga bisa menjadi teladan alih-alih sekadar menggunakan angkutan umum satu kali dalam satu bulan. "Kegilakerjaan" Basuki terbukti dengan belum datangnya staf pengamanan dalam Balaikota ketika dia datang. Dia mencontohkan pula olahraga rutin satu jam tiap hari.

Soal anggaran dan keberanian melakukan pembuktian terbalik, sebut Basuki, adalah contoh tindakannya yang layak diteladani pula. "Biaya hidup dan pajak sesuai. Itu namanya teladan. Saya menantang itu. Kalau mau contoh (dari saya), buktikan harta kamu," kata Basuki.

Seperti diberitakan sebelumnya, Basuki menolak menjalankan Instruksi Gubernur DKI Nomor 150 Tahun 2013 tentang penggunaan kendaraan umum bagi PNS. Jokowi mencontohkan pelaksanaan instruksi itu dengan mengayuh sepeda dari rumahnya menuju Balaikota, sementara Basuki tetap mengendarai mobil dinasnya.

Ada alasan lain lagi disebutkan Basuki untuk penolakannya menjalankan instruksi itu. Menurut dia, instruksi tersebut rentan disalahgunakan para pejabat untuk pencitraan di media massa. Basuki menegaskan pernyataannya ini bukan terkait Jokowi, terutama soal pencitraan.

Contoh pencitraan, sebut Basuki, bisa dilihat pada banyak pemilu kepala daerah. Banyak pasangan calon, ujar dia, yang tiba-tiba menyenangi hal tertentu meskipun tak pernah melakukan hal itu sebelumnya. Ada yang tiba-tiba naik angkutan umum ke mana saja, makan di warung tegal, dan sebagainya.

Namun, terlepas dari semua penjelasan itu, Basuki mengakui dia tak terbiasa menumpang angkutan massal seperti bus atau angkutan kota. Dia pun jarang bersepeda.

"Sampai hari ini, saya belum pernah naik busway karena penuh terus. Untuk apa saya naik busway? Saya enggak suka pura-pura suka naik bus. Kalau saya enggak suka, lebih baik enggak," ujarnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com