Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Ahok, dari Pulau Timah ke Ibu Kota

Kompas.com - 23/02/2014, 06:09 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
— "Suatu saat, anak saya ini akan jadi bupati," kata Indra Tjahaja Purnama, seorang pria keturunan Tionghoa di Desa Manggar, di pelosok Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Indra mengatakannya di hadapan sejumlah pejabat di daerah tersebut kira-kira 40 tahun lalu. Pada masa itu, cita-cita Indra tersebut seperti pungguk merindukan bulan. Sesuatu yang sulit dicapai pada masa itu karena dia merupakan warga negara minoritas.

Ketika itu, putra Indra bernama Basuki baru berusia lima tahun. Bocah kecil yang akrab disapa Ahok itu kemudian menempuh pendidikan SMA dan perguruan tinggi di Jakarta. Setelah lulus kuliah, Ahok kembali ke Manggar untuk menjadi pebisnis.

Di tengah perjalanan, Ahok memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Awalnya dia bergabung dengan sebuah partai politik sebelum menjadi wakil rakyat di DPRD Kabupaten Belitung Timur. Cita-cita Indra pun terwujud ketika Ahok terpilih menjadi Bupati Belitung Timur pada tahun 2005.

Laju karier Basuki Tjahaja Purnama seolah tidak terbendung. Meskipun sempat gagal ketika bertarung pada Pemilihan Gubernur Bangka Belitung, akhirnya Ahok menjadi wakil rakyat Belitung Timur di tingkat nasional. Ia terpilih sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Golkar. Tak lama kemudian, Ahok hijrah dari Gedung Parlemen RI dan mendampingi Joko Widodo (Jokowi) untuk memimpin DKI Jakarta.

"Ternyata harapan bapak saya ketika ngomong sama letkol-letkol itu jadi kenyataan. Abang saya benar jadi bupati," kata Basuri Tjahaja Purnama, adik Ahok, dalam perbincangan santai dengan Kompas.com, pertengahan Februari 2014.

Basuri yang kerap dipanggil Yuyu menceritakan, pelantikan Ahok menjadi bupati kala itu cukup menghebohkan. Selain karena pemilihan kepala daerah Kabupaten Belitung Timur adalah pemilihan langsung kepala daerah kedua di Indonesia, Ahok adalah bupati pertama dari etnis Tionghoa. Etnis ini berjumlah 30 persen dari populasi di "Pulau Timah" tersebut.

Saat memimpin Belitung Timur, Ahok membuat sejumlah gebrakan. Salah satunya, dia memusatkan kantor Pemerintah Kabupaten Belitung Timur. Dengan demikian, gedung rumah sakit umum daerah, kantor bupati, DPRD, dan instansi pemerintah berada dalam satu kawasan.

Selain itu, Ahok juga membangun jalan hotmix di perkampungan sehingga penyaluran logistik berjalan lancar. Yang paling diingat, Ahok adalah inisiator berobat gratis bagi warga.

"Abang saya itu orangnya keras, tegas, persis ayah saya. Dia itu berani mempertahankan hal yang dianggap benar," kata Yuyu.

Baru 19 bulan menjabat sebagai bupati, Ahok tidak puas. Dia menganggap kewenangannya sebagai bupati sangat terbatas, terutama dalam menerapkan kebijakan umum. Ia pun mengundurkan diri dari bupati dan mencalonkan diri jadi Gubernur Bangka Belitung.

"Dia enggak mikir kali ya, penduduk di Belitung berapa sih, enggak sebanyak di Bangka. Ternyata benar kan, dia kalah. Dia itu cuma menang di Pulau Belitung, di Bangka suaranya kecil," ujar Yuyu.

Sejenak, pria kelahiran Manggar, 29 Juni 1966, itu menepi dari panggung politik dan menekuni kembali usaha tambangnya. Namun, rupanya saat itu Ahok memupuk kepercayaan diri.

Tahun 2009, ia terjun menjadi calon anggota legislatif dari Partai Golkar dan terus menjadi anggota DPR RI hingga pertengahan 2012. Melalui berbagai dinamika politik, Ahok memutuskan keluar dari Partai Golkar dan bergabung dengan Partai Gerindra untuk dicalonkan sebagai Wakil Gubernur DKI mendampingi Jokowi dari PDI Perjuangan.

Ahok sempat ingin bertarung melalui jalur independen, tetapi tidak mendapat dukungan. Jalan hidup Ahok kembali berkata beda. Meskipun sejumlah kalangan menentang, kebanyakan dengan alasan etnis dan agama yang dianut Ahok, pasangan Jokowi-Basuki terpilih menjadi pemimpin Ibu Kota.

Basuri menyadari bahwa ketegasan Ahok membuat kakaknya itu menjadi incaran lawan politik. Basuri sempat mengingatkan sang kakak agar lebih halus dalam berkata-kata. Dia menambahkan, Ahok mengatakan siap mati demi membela konstitusi.

"Saya lihat enggak ada yang berubah dari abang saya. Ya, emang begitulah dia, Ahok. Saya juga enggak berharap dia berubah," kata Basuri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com