Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lulusan Sarjana Kaget Temukan Ibunya Jadi Pengemis

Kompas.com - 27/02/2014, 15:12 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Sudah dua minggu ADK (24) mencari ibunya yang tidak kunjung pulang. Betapa kagetnya dia ketika mengetahui ibunya terjaring razia penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) alias pengemis.

ADK menemukan ibunya, Dewi Wijaya Sianturi (46), di Panti Sosial Bina Insan PSBI, Cipayung. Menurut petugas Sudin Sosial Jakarta Selatan, Dewi terkena razia pengemis di Jalan Fatmawati pada 13 Februari 2014.

ADK mengaku sedih mengetahui ibunya mengemis. Sebagai alumnus salah satu universitas di Jakarta dan bekerja sebagai pengajar, dia sudah memenuhi kebutuhan ibunya.

Kepada Kasie Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial (Yanrehsos) Sudin Sosial Jakarta Selatan Miftahul Huda, dia mengaku tidak tahu bahwa ibunya mengemis. Andai dia tahu, dia mengatakan akan melarangnya.

"Saya sudah menasihati ibu saya agar di rumah saja. Segala kebutuhannya sudah saya tanggung. Tapi, ibu saya bandel," katanya, Kamis (27/2/2014).

ADK merupakan sarjana pendidikan bahasa Arab. Sehari-harinya, dia mengajar di sebuah bimbingan belajar (bimbel) di kawasan Fatmawati serta memberikan pengajaran privat ke rumah-rumah. Karena kesibukannya mengajar, ADK mengaku kurang memperhatikan kegiatan ibunya sehari-hari.

ADK memiliki dua orang adik, yaitu FVF (21), mahasiswa salah satu universitas di Jakarta, dan Net (16), pelajar SMA.

Menurut ADK, orangtuanya telah berpisah. Ayahnya diketahui telah menikah lagi dan tinggal di Sumatera Utara.

Untuk mengeluarkan ibunya dari panti, ADK berjanji akan memantau aktivitas ibunya lebih ketat. "Kalau ternyata dia masih mengemis lagi, nanti saya tidak akan mengurus untuk kebebasan ibu saya dari panti," katanya.

Miftahul mengatakan, banyak kasus serupa terjadi di Jakarta. Keluarga tidak mengetahui kondisi keluarga lainnya. Namun, lanjutnya, pada kasus kali ini, dia cukup heran karena pendidikan si anak cukup tinggi.

"Ini bisa juga modus. Bisa juga anaknya mengerti, tetapi ketika terkena masalah, agar bisa dibebaskan, mengaku tidak tahu," ujarnya.

Miftahul mengatakan, ADK sudah melengkapi syarat-syarat untuk mengeluarkan ibunya dari panti. "Persyaratan sudah komplet dibebasin, menunggu dua minggu lagi biar sudah ada efek jeranya," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com