Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Kenapa Jakarta Bisa Begitu Kacau?

Kompas.com - 14/06/2014, 12:01 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Sekitar dua pekan menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama memilih untuk membereskan kawasan Monumen Nasional (Monas). Ia tak habis pikir kawasan Monas sebagai aset Indonesia kini sudah tidak lagi berharga karena maraknya pedagang kaki lima (PKL), tunawisma, dan jadi ladang penarikan pungutan liar (pungli) oleh para aparat.

Saat mengadakan rapat besar pengelolaan Monas di Balai Kota Jakarta, Jumat (13/6/2014) petang kemarin, Basuki mengungkapkan kekecewaannya kepada semua pejabat DKI terkait.

"Bapak-ibu begitu lama di sini (Pemprov DKI). Kenapa Jakarta bisa begitu kacau?" kata Basuki.

Para pejabat yang hadir dalam rapat besar itu, yakni Wali Kota Jakarta Pusat Saefullah, Kepala Satpol PP Kukuh Hadi Santoso, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Arie Budhiman, dan lainnya, hanya tertunduk mendengar kekecewaan pria yang akrab disapa Ahok tersebut.

Basuki menuding ada aparat terkait yang "bermain" di dalam area Monas. Namun, dia tidak menyebutkan aparat yang dimaksud. Menurut Basuki, apabila aparat tegas menegakkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum, maka PKL tidak akan dengan mudah masuk dan berjualan di dalam area Monas.

"Monas bisa bocor karena tidak ada yang berani menegakkan hukum atau berani memasang badan untuk Jakarta," tekan dia.

Oleh karena itu, ia berencana untuk memindahkan loket ke pagar depan dan pengunjung akan dikenakan biaya tiket sebesar Rp 5.000. Retribusi itu sebelumnya hanya dikenakan pada pengunjung yang akan naik ke cawan Monas. Namun, Basuki memutuskan agar semua warga yang ingin masuk ke area Monas harus membayar retribusi sebesar Rp 5.000. Hal itu diupayakan agar semua warga Jakarta merasa memiliki Monas.

Pemasukan dari retribusi itu digunakan untuk membersihkan sampah yang berserakan di kawasan Monas. Sebelum harga tiket itu berlaku, hal tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu melalui peraturan daerah (perda) dan dibahas dengan DPRD DKI.

Selain itu, Basuki juga akan meminta bantuan TNI dan Kepolisian untuk membantu Satpol PP, Satpam UPT, dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk menjaga kawasan Monas, terutama enam pintu Monas. Jangan sampai ada kendaraan bongkar muat barang PKL masuk ke area Monas.

Tempat bagi pedagang kaki lima, kata Basuki, telah disediakan di lapangan IRTI. "Kalau tidak suka, jangan pilih saya lagi di tahun 2017. Doain saja saya cepat mati kalau kamu keki. Semua PKL dan preman, kalau tidak suka dengan kebijakan DKI, silakan gugat ke PTUN atau lapor Ombudsman," tekan Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com