Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sedang Bagi-bagi Nasi Bungkus, Dengar Dar-der-dor, Jilbab Pun Terlepas"

Kompas.com - 21/08/2014, 19:17 WIB
Laila Rahmawati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Letty Sholikhah, pendukung Prabowo asal Bekasi yang terkena tembakan gas air mata di Bundaran Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/8/2014), menceritakan pengalamannya saat peristiwa itu terjadi.

Ia mengklaim, massa Prabowo dalam keadaan tenang ketika polisi melepaskan tembakan peluru karet dan gas air mata.

"Saya sedang bagi-bagi nasi bungkus ke ibu-ibu. Tiba-tiba, kok ada suara dar-der-dor. Mata saya juga langsung sepet. Saya langsung kepikiran lari menyelamatkan diri dengan jalan merem melek. Jilbab dan sepatu saya lepas. Saya jatuh terinjak-injak," kata Letty di RS Budi Kemuliaan, Jakarta, Kamis.

Ia pun menunjukkan luka di lututnya yang dibalut perban. Celana panjang hitam yang dikenakannya pun sobek tepat di bagian lutut akibat terjatuh. Letty pun pulang dari rumah sakit tanpa jilbab dan hanya mengenakan sandal jepit pemberian rumah sakit. Letty juga mengatakan, ia sempat melihat empat peluru karet melintas di hadapannya.

Hal senada juga diungkapkan Syamsidar, warga pendukung Prabowo asal Bendungan Hilir. "Saya lagi makan, terus dengar tembakan. Nggak terhitung jumlahnya. Karena perih, saya langsung masukkan muka ke kolam (Bundaran Bank Indonesia). Setelah itu, lari ke mobil ambulans. Di dalam ambulans, banyak ibu yang tergeletak," katanya.

Syamsidar dan Letty adalah pendukung Prabowo yang sudah mengikuti aksi sejak sidang MK digelar pada kali pertama, dua minggu lalu. Mereka pun mengaku datang tanpa dibayar oleh siapa pun.

Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Dwi Priyatno mengatakan, penembakan gas air mata telah sesuai prosedur. Massa dinilai sudah rusuh.

"Polisi boleh membubarkan. Tadi, mereka sudah merusak alat-alat, seperti pagar berduri," ujar Dwi kepada para wartawan, Kamis (21/8/2014) sore.

Secara terpisah, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, penindakan terhadap aksi demo massa Prabowo telah sesuai dengan Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian.

Ia mengatakan, tindakan agresif massa sudah membahayakan. Dengan demikian, penanganan yang harus dilakukan sesuai dengan peraturan tersebut adalah dengan kendali senjata tumpul, termasuk gas air mata atau tongkat polisi.

Saat ini, polisi telah memeriksa empat demonstran yang diduga melakukan provokasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Megapolitan
Jukir Liar Akan Ditertibkan lalu Dikasih Pekerjaan, DPRD DKI: Tidak Semudah Itu 'Ferguso'!

Jukir Liar Akan Ditertibkan lalu Dikasih Pekerjaan, DPRD DKI: Tidak Semudah Itu "Ferguso"!

Megapolitan
Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Megapolitan
Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Megapolitan
DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Megapolitan
Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com