Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DKI Evaluasi Integrasi Moda

Kompas.com - 23/08/2014, 20:50 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengevaluasi integrasi moda angkutan umum. Integrasi yang sementara ini berjalan, belum mengarah pada konsep awal yang diharapkan. Operator angkutan yang sepakat menjalankan integrasi, nyatanya belum mampu mengendalikan ulah pengemudi yang ugal-ugalan di jalanan.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama geram dengan persoalan itu. Dia menuding sebagian pengemudi mengabaikan perjanjian kerja sama integrasi.

”Sebagian pengemudi bus yang ikut program integrasi tidak konsisten, mereka seharusnya berada di jalur bus transjakarta, tetapi kenyataannya, mereka seenaknya mencari penumpang di luar jalur. Ini yang membuat arus lalu lintas menjadi terganggu,” kata Basuki Tjahaja Purnama, Jumat (22/8), di Jakarta.

Integrasi yang masih bermasalah itu terjadi pada angkutan bus terintegrasi bus transjakarta (APTB) dan bus kota terintegrasi bus transjakarta (BKTB). Khusus untuk APTB, Basuki mengakui, integrasi angkutan perbatasan salah konsep sejak awal.

Pemprov DKI menerima integrasi bus operator masuk ke jalur transjakarta. Konsekuensinya, bus tidak boleh lagi mengangkut penumpang di luar jalur dan hanya boleh berhenti di halte transjakarta. Kenyataannya, bus operator keluar masuk jalur dan seenaknya mengambil penumpang di halte umum.

”Ke depan mereka (operator APTB) harus mau kami bayar rupiah per kilometer jika masuk ke jalur bus transjakarta,” ujar Basuki.

Penumpang APTB merosot tajam sejak diberlakukannya tiket elektronik untuk bus transjakarta. Penumpang yang akan naik APTB harus membayar dua macam tiket, bus transjakarta dan APTB, karena halte transjakarta tidak lagi menjual tiket APTB. Biaya yang dikeluarkan penumpang pun menjadi lebih besar.

Menurut Basuki, hal itu merupakan konsekuensi logis karena sebagian pengemudi bus APTB tidak konsisten di jalur transjakarta.

Kontrak baru

Terkait rencana Basuki, PT Transportasi Jakarta kini juga sedang membahas kontrak baru dengan operator bus transjakarta. Kontrak akan dibuat lebih panjang dan tidak lagi per koridor, tetapi rupiah per kilometer.

”Kami mengantisipasi perkembangan yang ada. Transjakarta Koridor I bisa dialihkan karena ada proyek MRT. Padahal, kontrak operator 7 tahun, nanti mereka protes. Kalau kontrak dibuat rupiah per kilometer, koridor bisa dipindahkan kapan saja,” ujar Dirut PT Transportasi Jakarta Antonius NS Kosasih.

Merespons penilaian Basuki, operator APTB dari PT Mayasari Bakti mengakui adanya persoalan itu. Namun, Direktur PT Mayasari Bakti Arifin Azhari menepis hal itu terjadi pada semua operator. ”Jika ada pengemudi yang nakal di jalanan, sebaiknya ditindak dan diberi sanksi.”

Dia menjamin, pengemudi Mayasari Bakti tidak berbuat seperti penilaian Basuki. Namun, jika ada pengemudi Mayasari yang nakal di jalanan, dia siap menerima sanksi dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

Adapun terkait rencana penggabungan pengelolaan APTB dalam satu manajemen transjakarta, Arifin menyambut positif. Rencana itu semakin memudahkan pengelolaan sehingga terwujud standar layanan yang diharapkan.

”Namun, kami perlu tahu lebih dulu bagaimana konsep rencana ini. Sebaiknya sama menguntungkan, baik bagi operator, bagi pemerintah, maupun bagi masyarakat yang dilayani,” kata Arifin.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Megapolitan
DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

Megapolitan
7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

Megapolitan
Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com