Infrastruktur buruk
Ketua Umum DPP Organda Eka Sari Lorena mengatakan, kondisi jalan di Jabodetabek banyak yang buruk. Akibatnya, suku cadang kendaraan cepat rusak.
”Kendaraan yang digunakan di sini didesain dari luar negeri. Sementara kondisi jalan di negara asal bus ini sangat baik. Jadi, kalau kondisi jalanan di sini tidak mendukung, suku cadang bus cepat rusak. Memang ada hitungan ketahanan, tetapi tidak untuk terus-menerus,” ujarnya.
Di Jakarta, kondisi jalan banyak yang tidak rata ketinggiannya. Selain itu, jalan berlubang juga kerap ditemui di mana-mana di kota ini.
Selain itu, kemacetan yang parah membuat suku cadang bus cepat aus. ”Mesin hidup itu dirancang untuk kendaraan bergerak. Tetapi, di sini sering kali mesin hidup dan bus terjebak kemacetan, tidak jalan. Itu juga mempercepat usia suku cadang,” katanya.
Eka memperkirakan, 20-30 persen suku cadang bus rusak karena kondisi jalan. Sementara pengadaan suku cadang harus dari luar negeri dan dikenai pajak impor. Lebih dari 60 persen suku cadang harus diimpor.
Secara terpisah, Kepala Unit Pengelola Transjakarta Busway Pargaulan Butar-butar mengatakan, masih ada bus yang mogok di jalan. Penyebabnya bervariasi, antara lain, karena mesin bus yang ngempos (tidak bertenaga).
”Mesin ngempos ini bisa karena ada setelan di mesin yang tidak pas. Kondisi jalan yang tidak mulus membuat setelan ini sering tidak pas,” katanya.
UP Transjakarta Busway juga merekondisi bus transjakarta yang beroperasi pada 2004. Bus yang sudah direkondisi ini akan digunakan untuk angkutan malam hari. ”Bus yang dioperasikan ini masih baik dan kami terus mengawasi. Ini sudah berjalan dua bulan dan masih bagus kondisinya,” kata Pargaulan.
Tentang transjakarta yang patah baut di Jakarta Timur, 31 Juli lalu, Pargaulan mengatakan, ada sejumlah hal yang membuat baut bisa patah, antara lain kondisi jalan yang tidak mulus sehingga terdapat perbedaan tinggi aspal.
”Pergantian baut ini terjadi bukan sekali dua kali saja. Pengontrolan harus terus dilakukan, apalagi kondisi jalan yang jelek dan penumpang yang melebihi kapasitas. Bus kita kan seharusnya berjalan di jalan yang rata,” ujarnya.
Dia mengatakan, baut yang dijual di pasaran Indonesia tidak ada yang berukuran 12,9, tetapi yang ada adalah ukuran 8,8. Karena itu, baut ukuran 8,8 digunakan sembari menunggu baut ukuran 12,9 datang dari luar negeri. (FRO/ART/NDY)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.