Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masakan Terakhir untuk Ade Sara dari Ayah dan Ibu

Kompas.com - 25/11/2014, 16:16 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ada satu hal yang diperbuat oleh orangtua Ade Sara Angelina Suroto untuk putri semata wayangnya tepat pada hari kematian Ade Sara. Mungkin itu sederhana. Namun, bagi kedua orangtua Ade Sara, Suroto dan Elisabeth, hal itu adalah sesuatu yang baru pertama kali mereka lakukan.

"Tanggal 3 Maret, saya sama istri untuk pertama kalinya bikin nasi uduk," ujar Suroto di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (25/11/2014).

Tanggal 3 Maret merupakan hari ketika Ade Sara bertemu dengan ajalnya. Ade Sara berjumpa dengan Assyifa Ramadhani dan Ahmad Imam Al Hafitd. Dua orang yang tanpa dia duga membunuhnya.

Nasi uduk adalah masakan sederhana yang dibuat khusus oleh kedua orangtua Ade Sara. Suroto bercerita, ketika selesai memasak, mereka berdua menanti kehadiran Ade Sara yang mereka ketahui sedang les. [Baca: Pengacara Assyifa Sebut Hafitd Perintahkan Menyiksa Ade Sara]

Tidak lupa, mereka membayangkan bagaimana mimik wajah bahagia sang putri setelah menikmati jamuan khusus dari orangtuanya. Hari semakin larut. Ade Sara belum juga pulang ke rumah mereka untuk bergabung makan malam bersama.

Perut pun semakin lapar. Akhirnya, Suroto memakan nasi uduk itu terlebih dulu. Sebenarnya, tidak ada momen apa pun yang membuat mereka memasak jamuan khusus pada hari itu.

Satu-satunya perayaan yang dirayakan Suroto dan Elisabeth adalah untuk melihat putrinya bahagia. Ya, dirayakan, walau dengan cara sederhana, seperti memakan nasi uduk buatan ayah dan bunda.

"Tetapi, sebagian lagi akhirnya terbuang karena Sara memang tidak kunjung datang," ujar Suroto. Memang benar, satu yang membuat orangtua semangat bekerja adalah anak. Setidaknya, itu diakui oleh Suroto. [Baca: Hafitd Dituntut Hukuman Seumur Hidup atas Pembunuhan Ade Sara]

Suroto menggambarkan tiap hal yang ia rasakan setelah tahu Ade Sara tidak akan pulang untuk mencicipi nasi uduk buatannya. Suroto mengatakan, semua terasa gelap. "Saya merasa melihat ke depan terasa gelap. Harapan-harapan sudah pupus, yang meneruskan keturunan sudah tidak ada," ujar Suroto.

Bukan hanya harapan Suroto sebagai orangtua yang habis. Cita-cita dan harapan yang dimiliki Ade Sara turut kandas seiring dengan kematiannya.

Harapan untuk berkeluarga. Harapan untuk membahagiakan kedua orangtua. Harapan untuk mencapai pendidikan tinggi, termasuk keinginannya untuk pergi ke Jerman. Ade Sara memang tengah belajar bahasa Jerman. Ia juga dibunuh dengan sadis sepulang les bahasa Jerman. "Semua telah dirampas oleh pembunuh sejoli itu," ujar Suroto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com