Hari Selasa (6/1), tak kurang dari 220 bangunan yang berdiri di sepanjang tepi Kalimalang atau Kanal Tarum Barat yang menjadi area tol itu mulai dirobohkan.
Perobohan bangunan ini berjalan lancar karena 70 bangunan sudah dibebaskan sejak 1997 saat Tol Becakayu mulai dibangun. Sementara 170 bangunan lainnya adalah bangunan liar.
Pembangunan Tol Becakayu ini pernah terganjal krisis moneter pada 1998 sehingga menyebabkan pembangunan tol itu molor hingga 16 tahun. Barulah pada Oktober 2014, Kementerian Pekerjaan Umum kembali melaksanakan peletakan batu pertama untuk melanjutkan pembangunan tol tersebut.
Menurut Wali Kota Jakarta Timur Bambang Musyawardhana, Pemerintah Provinsi DKI memperoleh tanggung jawab untuk membersihkan area pembangunan Tol Becakayu dari bangunan. Apalagi sebagian besar bangunan di area itu telah dibebaskan sejak 1997.
”Karena ditinggalkan cukup lama, area proyek tol ini yang sudah dibebaskan diokupasi kembali oleh warga,” ujarnya.
Pembongkaran bangunan di sepanjang Kalimalang itu kemungkinan akan berlangsung sepekan. Para penghuni bangunan telah mengerti dan bersedia mengangkut sendiri barang-barang mereka. Umumnya properti tersebut adalah kayu bekas dan besi bekas.
Bambang menyampaikan, pihaknya sangat berharap agar setelah area sepanjang Kalimalang dibersihkan dari bangunan, Kementerian PU segera melanjutkannya dengan pembangunan tol. Jangan sampai area itu diokupasi kembali oleh warga.
Panjang 21 kilometer
Berdasarkan informasi dari situs resmi Kementerian PU, Tol Becakayu akan dibangun sepanjang 21 kilometer. Pembangunan tol itu terdiri atas dua seksi, yaitu Seksi Kasablanka-Jaka Sampurna sepanjang 11 kilometer dan Seksi Jaka Sampurna-Duren Jaya sepanjang 10,04 kilometer.
Sejak 1997, pembangunan jalan Tol Becakayu itu dirancang untuk mengurai kemacetan di Jalan Raya Kalimalang yang terjadi setiap hari.
Berdasarkan data Jabodetabek Publik Transportation Policy Implementation Strategy (JAPTraPIS), tak kurang dari 2,5 juta perjalanan di Ibu Kota datang dari Bekasi. Sementara Bogor dan Depok sebanyak 2,2 juta perjalanan, dan dari Tangerang sebanyak 2,1 juta perjalanan.
Volume perjalanan dari daerah penyangga itu memberikan kontribusi hampir separuh dari total volume perjalanan di Jakarta sebanyak 18,7 juta perjalanan.
Jalan Raya Kalimalang merupakan salah satu dari tiga akses jalan dari Bekasi ke Jakarta yang selalu dipadati kendaraan. Kemudian menyusul ruas jalan sejajar Kanal Timur, dari Jalan Soekanto sampai Jalan Casablanca. Jalur akses lainnya adalah Jalan Bekasi Timur Raya hingga Jalan Perintis Kemerdekaan.
Karena itu, tahun ini Pemerintah Provinsi DKI juga akan membebaskan lahan untuk melebarkan Jalan Raya Kalimalang, mulai dari ruas Jalan Kyai Haji Noer Alie hingga Jalan Inspeksi Saluran Kalimalang di Cawang sepanjang hampir 5 kilometer, yang saat ini masih selebar 8 meter.