Ponsel rekondisi cenderung memiliki tingkat ketahanan rendah karena menggunakan komponen-komponen bekas.
“Di Indonesia saat ini ada sekitar 35 persen ponsel yang beredar di pasaran adalah ilegal. Sebagian dari jumlah itu merupakan barang rekondisi yang dikemas menjadi ponsel baru dan dijual dengan harga cukup burah. Ini sangat merugikan masyarakat,” kata Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI ) Sudaryatmo di Jakarta, kepada Warta Kota, Senin (25/5/2015) kemarin.
Maraknya peredaran ponsel rekondisi di pasar gadget Indonesia tak terlepas dari permainan para sindikat yang terorganisasi.
Jaringan andal
Menurut kriminolog Universitas Indonesia (UI), Arthur Josias Simon Runturambi, sindikat tersebut memiliki jaringan andal sehingga bisa mendistribusikan ponsel-ponsel rekondisi hingga ke berbagai kota tanpa tersentuh aparat penegak hukum.
“Tentu sindikat itu sudah memiliki alur bagaimana mereka mendistribusikan ponsel rekondisi dengan aman. Itu yang menyebabkan jumlah ponsel rekondisi di Indonesia masih sangat banyak,” jelas Josias.
Banyaknya ponsel rekondisi yang beredar di pasaran, kata Josias, juga karena kurangnya pengawasan dari aparat penegak hukum, termasuk pihak Bea dan Cukai.
“Barang ilegal itu mayoritas diselundupkan dari luar negeri melalui pelabuhan-pelabuhan kecil (jalur tikus). Sebagian lagi masuk melalui pelabuhan besar, baik dalam bentuk komponen maupun ponsel utuh. Kenapa ponsel ilegal itu lolos dari pengawasan Bea dan Cukai?” tanya Josias.
Bagi para sindikat, Indonesia seperti gadis cantik yang memesona. Pasalnya, kata Josias, permintaan ponsel atau gadget di Indonesia sangat besar.
“Ponsel rekondisi marak karena pasar di Indonesia sangat menjanjikan. Indonesia di mata para sindikat dianggap sebagai lumbung,” ujarnya.
Hal itu terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat membeli produk-produk berkualitas bergaransi resmi dari produsen atau importir resmi.
“Masyarakat kurang aware terhadap kualitas produk. Mereka hanya ingin punya gadget berteknologi tinggi, tetapi dengan harga murah. Jadi justru masyarakat sendiri yang sengaja mencari ponsel-ponsel murah, meski garansinya tidak jelas. Itu sebabnya ponsel black market (BM) justru laku di pasaran,” papar Josias. (Feryanto Hadi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.