Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Pemudik, Bawalah Saudara dan Teman Saat Kembali ke Jakarta

Kompas.com - 14/07/2015, 09:55 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memiliki pesan khusus bagi para pemudik yang akan meninggalkan Ibu Kota untuk ber-Lebaran dengan keluarga di kampung halaman. 

"Pesan gubernur-gubernur DKI kepada pemudik, saya udah hapal banget, pasti bilang jangan bawa sanak saudara. Kalau pesan saya beda dengan gubernur DKI yang lain. Bapak-Ibu, bawa saja banyak saudara dan teman-teman, enggak apa-apa. Jakarta tidak tertutup," kata Ahok—demikian dia biasa disapa—saat melepas peserta mudik bareng bersama PT Telkomsel Indonesia di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Selasa (14/7/2015). 

Namun, pesan tersebut bukan tanpa syarat. Para pendatang itu, kata Ahok, harus memiliki modal dan dijamin memiliki pekerjaan di Jakarta, apalagi jika nantinya para pendatang itu akan membeli rumah permanen atau apartemen di Jakarta. Hal tersebut justru akan menambah pemasukan pajak untuk DKI Jakarta.

Ahok mengungkapkan, saat ini DKI Jakarta kekurangan orang-orang potensial untuk bekerja. Bahkan, para pekerja di Ibu Kota lebih banyak yang bekerja sebagai tukang parkir.

"Tukang parkir tiga jam praat priit dapat Rp 100.000, nah buruh pabrik seharian kerja keras cuma dapat Rp 65.000, ya mana semangat. Makanya ini yang sedang kami atur dengan menerapkan nilai UMP (upah minimum provinsi) yang layak," kata Ahok. 

Banyak juga warga Jakarta yang berharap agar para pendatang mau bisa bekerja menjadi asisten rumah tangga (ART). Dalam hal ini, majikan bisa menjamin bahwa ART mendapat tempat tinggal, dan kebutuhannya pun dipenuhi.

Namun, jika pendatang yang dibawa pemudik ternyata tidak memiliki keahlian dan modal, serta hanya menambah kumuh kawasan kumuh di Jakarta, Ahok menjamin akan menggusur mereka. "Kami mohon maaf kalau harus menggusur bangunan Bapak-Ibu yang ada di bantaran kali. Kami akan pindahkan Bapak-Ibu ke rusun dengan syarat tidak disewakan atau dijual kembali ke orang lain. Nanti di rusun, Bapak-Ibu hanya harus membayar biaya pemeliharaan lingkungan sekitar Rp 5.000 sampai maksimal Rp 15.000 per hari di rusun yang pakai lift," kata Ahok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com