Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Gaji Rp 2-3 Juta Per Bulan, Pekerja Infal Rela Lebaran Jauh dari Keluarga

Kompas.com - 16/07/2015, 03:20 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hampir sebagian besar pekerja infal yang khusus dipekerjakan saat mudik Lebaran di Jakarta, beragama islam. Ini berarti asisten rumah tangga musiman itu rela tidak berlebaran dengan keluarganya di kampung halaman, demi mendapatkan gaji berkisar Rp 150 - 250 ribu per hari.

"Kebanyakan mereka itu agamanya Islam. Jadi mereka merayakan Lebaran juga, tapi jauh dari keluarga," ujar salah satu petugas layanan konsumen di Yayasan Kasih Abadi, Dewi (26), Rabu (15/7/2015).

Penyalur infal yang beralamat di Jalan Sumagung 3 G3 Nomor 1, Kelapa Gading, Jakarta Utara itu memang kerap menyediakan pekerja dari luar daerah. Permintaan infal, kata Dewi, bahkan sudah mulai dipesan sejak sebulan lalu.

"Tahun ini ada sekitar 50 pekerja yang sudah disalurkan. Tapi, sudah sejak seminggu lalu sudah habis kalau untuk infal," tuturnya.

Meski demikian, tak jarang beberapa dari pekerja menceritakan kisahnya selama menjadi infal. Menurut Dewi, para pekerja memang sengaja menjadi infal demi menambah penghasilan keluarga.

"Biasanya alasan ekonomi. Untuk menambah penghasilan. Mereka biasanya menelepon keluarga saat malam takbiran. Di situ kadang, banyak yang sedih, tapi mau gimana lagi," ujarnya.

Untuk rekrutan infal di Yayasan Kasih Abadi, calon majikan akan dimintai biaya administrasi sebesar Rp 1 juta. Terkait jangka waktu penggunaan jasa infal, telah ditentukan batas minimal 14 hari.

"Kalau mau lebih, terserah, yang pasti minimal 14 hari. Untuk tarif per hari berkisar Rp 150 - 250 ribu, tergantung pengalaman," tuturnya.

Salah satu mantan pekerja infal, Sumarni (35), mengaku ingin membahagiakan anaknya dan memenuhi kebutuhan keluarga lainnya. Ketika itu, ibu dua anak tersebut masih berdomisili di daerah Sragen, Jawa Tengah. "Dulu saya sempat jadi infal. Lumayan untuk membelikan mainan dan baju anak-anak," ucap warga Warakas, Tanjung Priok tersebut.

Selain dirinya, menurut Marni, beberapa temannya di kampung juga sempat menjadi pekerja infal. Meski sulit meninggalkan anggota keluarga, namun hal tersebut tetap dilakukan demi mendapat tambahan uang Lebaran.

"Kan masih bisa Lebaran di kampung. Cuma ngga ikut malam takbiran bareng keluarga. Terus, yang pasing sulit itu waktu berpisah dari anak-anak," ujar Marni.

Sementara itu, warga lainnya, Nurdin (43), juga memiliki kenalan dari Medan yang pernah menjadi pekerja infal. Meski jauh, namun pekerja rumah tangga itu rela menempuh perjalanan melelahkan demi bekerja di Jakarta.

"Saya ada teman yang sering jadi infal dari daerah Medan. Namanya, Maria. Kadang tanya ke saya, ada yang butuh infal enggak. Tapi, biasanya mereka sudah ada agen yang menyalurkan," kata Nurdin.

Seperti diketahui, saat musim mudik Lebaran, beberapa keluarga kerap mencari pekerja infal untuk mengurus kebutuhan rumah tangga selama ditinggal pulang kampung. Yayasan penyedia jasa infal di kota-kota besar kerap bekerja sama dengan agen yang mendatangkan para pekerja dari luar daerah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Demo Tolak Revisi UU Penyiaran, AJI Tegaskan Jurnalisme Investigatif Tak Berdampak Buruk

Demo Tolak Revisi UU Penyiaran, AJI Tegaskan Jurnalisme Investigatif Tak Berdampak Buruk

Megapolitan
Pemprov DKI Ingatkan ASN Jaga Komitmen Antikorupsi

Pemprov DKI Ingatkan ASN Jaga Komitmen Antikorupsi

Megapolitan
Masuk Bursa Calon Gubernur Sumatera Utara, Ahok Dijauhkan dari Pilkada Jakarta?

Masuk Bursa Calon Gubernur Sumatera Utara, Ahok Dijauhkan dari Pilkada Jakarta?

Megapolitan
Tolak Revisi UU Penyiaran, AJI: Ini Skenario Besar Pelemahan Demokrasi

Tolak Revisi UU Penyiaran, AJI: Ini Skenario Besar Pelemahan Demokrasi

Megapolitan
Motor Tertemper KRL di Jalur Depok-Citayam, Evakuasi Lama karena Motor Nyangkut

Motor Tertemper KRL di Jalur Depok-Citayam, Evakuasi Lama karena Motor Nyangkut

Megapolitan
Dirjen Hubla Imbau Wisatawan yang Hendak Berlayar ke Kepulauan Seribu Pastikan Keamanan Kapal

Dirjen Hubla Imbau Wisatawan yang Hendak Berlayar ke Kepulauan Seribu Pastikan Keamanan Kapal

Megapolitan
Kisah Agus, Lansia Pengangkut Sampah yang Hanya Terima Rp 500 dari Satu Rumah Setiap Harinya

Kisah Agus, Lansia Pengangkut Sampah yang Hanya Terima Rp 500 dari Satu Rumah Setiap Harinya

Megapolitan
Caleg PKS di Aceh Tamiang yang Terlibat Kasus Narkoba Berstatus Buronan sejak Maret 2024

Caleg PKS di Aceh Tamiang yang Terlibat Kasus Narkoba Berstatus Buronan sejak Maret 2024

Megapolitan
Jalani Rehabilitasi, Tiga ASN Ternate Tak Ditahan meski Jadi Tersangka Kasus Narkoba

Jalani Rehabilitasi, Tiga ASN Ternate Tak Ditahan meski Jadi Tersangka Kasus Narkoba

Megapolitan
Cegah Kecelakaan Kapal, Dirjen Hubla Kemenhub Minta Nakhoda Tak Nekat Berlayar jika Cuaca Buruk

Cegah Kecelakaan Kapal, Dirjen Hubla Kemenhub Minta Nakhoda Tak Nekat Berlayar jika Cuaca Buruk

Megapolitan
Demo Tolak UU Penyiaran, Massa Berkumpul di Depan Gedung DPR

Demo Tolak UU Penyiaran, Massa Berkumpul di Depan Gedung DPR

Megapolitan
Kemenhub Tak Akan Keluarkan Izin Kapal Berlayar jika Cuaca Buruk

Kemenhub Tak Akan Keluarkan Izin Kapal Berlayar jika Cuaca Buruk

Megapolitan
Caleg PKS di Aceh yang Terlibat Kasus Narkoba Ditangkap Saat Berbelanja Baju

Caleg PKS di Aceh yang Terlibat Kasus Narkoba Ditangkap Saat Berbelanja Baju

Megapolitan
Berawal dari Kunjungan ke PAN, Supian Suri Dilaporkan ke Bawaslu Diduga Melanggar Netralitas ASN

Berawal dari Kunjungan ke PAN, Supian Suri Dilaporkan ke Bawaslu Diduga Melanggar Netralitas ASN

Megapolitan
296 Personel Gabungan TNI-Polri Dikerahkan Kawal Unjuk Rasa Revisi UU Penyiaran di DPR

296 Personel Gabungan TNI-Polri Dikerahkan Kawal Unjuk Rasa Revisi UU Penyiaran di DPR

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com