Menurut Yayat, keberadaan situ atau waduk sangat vital di wilayah Tangerang. Jika debit air di Sungai Cisadane semakin berkurang akibat musim kemarau, air di situ atau waduk itu tadi yang bisa menyelamatkan pasokan air bersih warga.
"Ibaratnya, rumah air jadi rumah manusia. Semakin banyak situ dihilangkan, waduk yang rusak, kawasan resapan air otomatis berubah jadi kawasan industri. Akibatnya, kabupaten dan kota (Tangerang) akan krisis (air bersih)," tutur Yayat.
Dua tempat yang telah disebutkan tadi, yakni Kota dan Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang paling terdampak krisis air bersih, seperti yang sedang terjadi saat ini. Sedangkan Tangerang Selatan, karena lokasinya yang lebih dekat dengan bagian hulu, masih bisa disebut aman dari krisis air bersih.
Tidak adanya tabungan air di situ atau waduk ikut berdampak pada kerugian Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat yang memproduksi air bagi masyarakat. Lebih jauh lagi, yang paling dirugikan dari kejadian ini, adalah masyarakat luas.
Yayat berpandangan, selain dengan situ atau waduk, pemerintah bisa berperan juga melalui regulasinya untuk memperketat perizinan pengembang perumahan di Tangerang. "Apakah, misalnya, perumahan baru diwajibkan buat sumur resapan, dengan komposisi 20 persen ruang terbuka hijau, dan sebagainya," ujar dia.