Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembalikan Kalijodo ke Masa Kejayaannya...

Kompas.com - 12/02/2016, 06:00 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana penertiban daerah Kalijodo kembali ke fungsi awalnya sebagai ruang terbuka hijau mulai gencar digalakkan. Dari kecelakaan mobil Toyota Fortuner B 201 RFD beberapa hari lalu, kini Kalijodo kembali menjadi sorotan dan topik pembicaraan di beberapa media.

Ada alasan di balik penertiban yang kelak akan dilakukan di Kalijodo. Pada saat masa jayanya, Kalijodo tidak dikenal sebagaimana saat ini dikenal, yakni tempat hiburan malam judi dan prostitusi.

Sejarah Kalijodo jauh lebih positif dari hal itu. Jika mundur puluhan tahun lalu, sekitar tahun 1950, Kalijodo merupakan tempat yang dikenal baik oleh masyarakat sekitar. Histori nama Kalijodo sendiri berawal dari kebiasaan masyarakat di zaman itu, terutama warga Indonesia keturunan Tionghoa, yang memiliki tradisi tersendiri.

"Tahun 1950-an, sungai di Kalijodo itu bersih. Orang muda Tionghoa bertemu di sana, laki-laki dan perempuan, ada kebiasaan lempar roti. Ada festival dan perahu di sungai. Makanya disebut Kalijodo, karena muda-mudi bertemu di sana," kata Pakar Perkotaan asal Universitas Trisakti Nirwono Joga kepada Kompas.com, Kamis (11/2/2016).

Baru pada tahun 1970-an, Kalijodo berubah sebagai tempat untuk judi dan prostitusi. Bahkan, di sana beberapa kali juga jadi sarang penjahat dan pelaku kriminal lainnya.

Bila mendengar kata Kalijodo kini, publik langsung kental dengan ingatan tentang tempat hiburan malam kelas menengah ke bawah. Namun, stigma yang sudah mengena seperti itu bukannya tidak dapat diatasi.

Joga meyakini, dengan cara yang tepat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa mengembalikan Kalijodo seperti masa awal tahun 1950-an. Mengingat banyaknya pekerja yang menggantungkan hidup di sana, Joga menilai, penertiban tidak bisa dilakukan layaknya memindahkan barang semata.

"Bukan model kayak di Kampung Pulo, warga dihadapkan sama petugas, terus bentrok, warga terluka, kita tidak ingin di Kalijodo seperti itu lagi. Pemprov DKI perlu strategi khusus," tutur Joga.

Cara yang menurutnya dapat ditempuh dibagi ke dalam dua poin, yakni rekayasa sosial dan rekayasa teknis. Rekayasa sosial menyasar warga dan penghuni di sana dengan cara awal mendata siapa saja yang warga Jakarta dan siapa yang bukan.

Setelah data didapat, Pemprov DKI bisa memenuhi hak-hak warganya yang ber-KTP DKI Jakarta, seperti menyiapkan rusun, memberi pelatihan, keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan bagi warga non KTP DKI Jakarta, dapat diberi pilihan antara kembali ke tempat asalnya atau dibina oleh Pemprov DKI.

"Tentunya itu dilakukan dengan sosialisasi dan pendampingan bertahap. Pendampingan ini bisa sampai setahun supaya penghuni di sana bisa benar-benar mengubah hidupnya. Intinya ini kan soal mata pencaharian," ujar Joga.

Sementara itu, rekayasa teknis berarti pekerjaan-pekerjaan fisik yang sudah seharusnya dilakukan, seperti revitalisasi kali. Jika dua hal ini bisa berjalan beriringan, maka penertiban Kalijodo bisa menjadi role model bagi wilayah lain di Jakarta yang sudah seharusnya ditertibkan.

Satu hal lainnya yang dianggap penting oleh Joga adalah melibatkan warga di sana untuk sama-sama mengubah wajah Kalijodo. Caranya adalah dengan menawarkan konsep baru Kalijodo yang lebih baik, tanpa perjudian maupun prostitusi.

"Pemprov DKI bisa menawarkan konsep atau program Kalijodo ke depan akan seperti apa. Dengan begitu, bukan tidak mungkin Kalijodo bisa kembali ke masa jayanya, bisa juga jadi daya tarik pariwisata dan sejarah buat target jangka panjang," ucap Joga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com