Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Ada Upaya Sabotase demi Dana Banjir?

Kompas.com - 04/03/2016, 20:42 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam sepekan terakhir, petugas menemukan banyak bungkus kabel di sepanjang saluran air di bawah Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Sejauh ini, jumlah bungkus kabel yang ditemukan sudah setara 22 bak truk.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok meyakini, keberadaan bungkus-bungkus kabel tersebut merupakan bagian dari upaya sabotase. Ia menyatakan, sabotase itu bukan terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta tahun depan, melainkan penggunaan dana penanggulangan banjir.

Ahok yakin, bungkus-bungkus kabel itu digunakan untuk menyumbat saluran air. Tujuannya agar kawasan Ring I Istana Kepresidenan terendam. Jika hal ini terjadi, kata dia, maka akan ada instansi tertentu yang akan mengajukan anggaran untuk perawatan dan pembersihan saluran-saluran air di Jakarta.

"Dulu kan (Pemerintah Provinsi DKI) ada pernah ngeluarin Rp 1 triliun lebih untuk kerja bersih-bersih," kata Ahok di Balai Kota, Kamis (3/3/2016).

Terkait kecurigaan barunya itu, Ahok mengaku sudah meminta agar Inspektorat Pemprov DKI Jakarta mengecek penggunaan anggaran Rp 1 triliun lebih untuk kegiatan perawatan saluran air itu.

Jika anggaran itu terbukti tidak digunakan sebagaimana mestinya, Ahok yakin, keberadaan bungkus kabel di selokan Jalan Medan Merdeka Selatan juga merupakan upaya dari aksi tersebut.

"Kalau terindikasi seperti itu, kan korupsi berarti. Kami akan laporkan pejabat yang tanggung jawab untuk kami pidanakan," kata Ahok.

Demi dana banjir?

Tudingan mengenai adanya sabotase bukan kali ini saja dilontarkan Ahok. Ia tercatat sudah berulang kali melontarkan tudingan adanya sabotase setiap kali ada genangan di Jakarta.

Ahok mengaku sering ditertawakan sebagian orang akibat kebiasaannya itu. Padahal, Ahok mengaku tidak asal bicara saat melontarkan pernyataan tersebut.

Menurut Ahok, kebiasaannya mengaitkan timbulnya banjir sebagai sabotase berawal saat terjadinya banjir di wilayah Jakarta Utara pada awal 2015. Saat itu, ia menyebut, kemunculan banjir disebabkan pompa air yang tidak berfungsi di Waduk Pluit karena aliran listrik dimatikan oleh PLN.

"Ini yang saya bilang sabotase, tetapi saya diketawain," kata Ahok dalam acara peresmian Kantor Satrolda Ditpolair Polda Metro Jaya di Penjaringan, Jakarta Utara, akhir Februari lalu.

Menurut Ahok, karena pompa air tidak berfungsi, Waduk Pluit tidak dapat menampung air. Akibatnya, air meluap hingga setinggi 1,8 meter.

Ahok menyebut, saat itu ada sejumlah orang yang mendatanginya untuk meminta tanda tangan surat permohonan status darurat banjir.

"Itulah kenapa saya bilang sabotase. Saya tidak mau sebut, tetapi ada-lah beberapa orang yang menemui saya minta tanda tangani (status) darurat banjir. Saya bilang enggak bisa," ujar dia.

Ahok mengatakan, apabila saat itu ia menandatangani surat tersebut, maka institusi yang menangani masalah banjir bisa langsung menggelontorkan dana hingga Rp 57 miliar.

"Kalau saya tanda tangani, berarti yang nanganin banjir bisa ngeluarin uang Rp 57 miliar untuk bantuan-bantuan yang tidak bisa kita lacak," kata dia.

Kompas TV Inilah Bentuk Sampah Kabel Penyebab Banjir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com