Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komentar Grab dan Go-Jek terhadap Wacana Penyetaraan Tarif

Kompas.com - 23/03/2016, 14:08 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam pertemuan sejumlah pihak untuk mencari solusi terhadap konflik antara angkutan umum konvensional dan yang berbasis aplikasi atau online, ada wacana mengenai menyetarakan tarif agar persaingan di antara keduanya seimbang. (Baca: Polemik Taksi "Online", Antara Kebutuhan Perut dan Tuntutan Perubahan)

Perusahaan penyedia jasa transportasi online, seperti Grab dan Go-Jek, pun menanggapi wacana itu.

"Bicara harga murah itu relatif karena kami justru membantu me-matching-kan supply dan demand secara efisien di sini. Jadi, mekanisme pasar yang berjalan untuk hal ini," kata Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, Rabu (23/3/2016).

Menurut Ridzki, jasa yang ditawarkan Grab tidak akan diminati masyarakat jika tidak ada persetujuan harga antara pengemudi dan penumpang. Soal apakah tarif yang diterapkan Grab murah atau mahal, tolok ukurnya adalah respons dan antusiasme penumpang terhadap layanan tersebut.

Dari pengalaman Grab selama ini, kata Ridzki, penumpang punya minat yang tinggi. Para pengemudi juga mendapat pendapatan yang baik.

Hal itu dianggap bisa menjadi ukuran dan pertimbangan terkait wacana kesetaraan tarif itu.

Secara terpisah, CEO PT Go-Jek Indonesia, Nadiem Makarim, menyerahkan hal tersebut sepenuhnya kepada pemerintah. Nadiem menilai, sebagian besar pemerintah pusat sudah mendukung pelaksanaan kegiatan perusahaan penyedia jasa transportasi online karena industri tersebut dianggap menguntungkan semua orang.

"Industri (berbasis aplikasi) ini menguntungkan untuk berbagai macam layanan, akses ke pasar jadi lebih transparan, lebih murah, dan lebih baik. Bayangkan saja, berapa banyak orang yang bisa naik transportasi sekarang karena harganya turun," kata Nadiem.

Kementerian Perhubungan melalui Plt Dirjen Perhubungan Darat hari ini mengundang Organda DKI Jakarta, Dishubtrans DKI Jakarta, dan perusahaan penyedia jasa transportasi online, serta pihak terkait lainnya untuk mencari solusi terbaik terhadap masalah yang melibatkan angkutan umum berbasis online dan angkutan umum konvensional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com