JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyebut Sunny Tanuwidjaja sebagai mahasiswa S-3 yang tengah menyusun desertasi tentang karier politiknya.
Ia mengaku tak keberatan jika Sunny disebut sebagai stafnya, asal tidak disebut sebagai staf khusus atau staf pribadi.
"Saya tidak ada staf pribadi sebenarnya, tetapi saya punya belasan staf. Ada Sakti, Michael, Melva. Kalau Sunny lebih banyak kasih advice politik karena dia CSIS (Central for Strategic and International Studies)," kata Ahok di Semanggi, Jumat (8/4/2016).
Basuki menekankan, Sunny adalah staf yang paling aktif memberikan masukan kepadanya. Hal itu didasari latar belakang Sunny yang sempat menjadi peneliti di CSIS.
Meski mempersilakan siapa pun memberi masukan kepadanya, Basuki menekankan bahwa semua keputusan tetap berada di tangannya.
"Bagi saya, Sunny, siapa pun, terserah mau kasih masukan, tetapi tidak bisa pengaruhi saya. Saya di kantor ramai-ramai. Saya sendiri cuma kalau ke toilet. Yang lain satu ruangan semua, ramai-ramai," ujar pria yang biasa disapa Ahok ini.
Sunny merupakan orang yang baru saja dicegah untuk ke luar negeri. Selain dia, pencegahan juga dilakukan terhadap Richard Halim, Direktur Agung Sedayu Group. Pencegahan dilakukan karena Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berencana memeriksa keduanya terkait kasus suap yang menjerat Ketua Komisi D DPRD DKI Mohamad Sanusi.
"Kemungkinan besar, keterangan keduanya dapat memperdalam penyidikan KPK," ujar Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK Priharsa Nugraha.
Permohonan pencegahan tersebut disampaikan kepada Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Rabu (6/4/2016). Pencegahan berlaku selama enam bulan ke depan.