Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penumpang KRL yang Perjalanannya Terganggu karena Tawuran

Kompas.com - 26/04/2016, 15:23 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pada Senin (25/4/2016) pukul 17.50 WIB, terjadi tawuran yang mengganggu perjalanan KRL commuter line lintas Manggarai-Bekasi. Tawuran tersebut semakin parah karena menutupi rel antara Stasiun Cipinang dan Stasiun Klender, Jakarta Timur.

Salah satu penumpang yang terdampak gangguan perjalanan KRL, Yolanda, menceritakan apa yang dia alami selama lebih dari satu jam berdiri menunggu KRL yang berhenti tanpa bisa ke mana-mana akibat tawuran di depannya.

Yolanda naik KRL dari Stasiun Gondangdia ke arah Bekasi. Ketika baru saja melewati Stasiun Jatinegara, KRL tersebut berhenti.

"Awalnya, tak ada pengumuman alasan pemberhentian. Setelah lebih kurang 10 menit kemudian, masinis mengumumkan ada tawuran di antara Stasiun Jatinegara dan Stasiun Klender. Kereta tak dapat lewat karena banyak orang memenuhi jalur rel," kata Yolanda melalui akun Facebook miliknya, Senin malam.

Kondisi di dalam KRL yang Yolanda naiki sedang padat-padatnya karena masih jam pulang kerja. Selepas 30 menit bertahan di kereta yang berhenti, Yolanda melihat beberapa penumpang mulai tidak nyaman.

Mereka kepanasan dan saling dorong. Akhirnya, kaca KRL dibuka supaya udara segar bisa masuk.

"Saya pun tak dapat bergerak sama sekali. Bahkan, memberi kabar mama saya pun tak bisa," tutur Yolanda.

Setelah waktu berlalu 45 menit sejak KRL berhenti, mulai ada penumpang yang mengatakan akan pingsan.

Bahkan, ada yang sampai betul-betul pingsan hingga harus dijemput oleh petugas untuk diberikan pertolongan pertama. Situasi semakin tidak mengenakkan.

Yolanda melihat, antar-penumpang mulai berteriak, meminta agar pintu KRL dibuka karena hawa di dalam KRL masih panas akibat penuh sesak penumpang.

Petugas sempat terlihat ragu apakah akan membuka pintunya atau tidak. Namun, akhirnya, beberapa pintu KRL diizinkan untuk dibuka sembari menunggu KRL bisa berjalan lagi.

Setelah penantian lama hingga satu jam lebih, KRL dapat berjalan lagi. Waktu perjalanan dari titik terakhir ke stasiun tujuan, ditambah dengan waktu menunggu KRL tertahan, membuat penumpang kelelahan.

Sesampainya Yolanda di Stasiun Bekasi, dia melihat banyak penumpang yang masih harus menyambung angkutan umum lain untuk bisa sampai ke rumah. Kejadian tersebut sangat disayangkan, baik oleh Yolanda sendiri maupun oleh penumpang lain.

Padahal, rel kereta merupakan area steril yang tidak boleh diganggu oleh kegiatan apa pun selain kegiatan perkeretaapian.

"Sudah berkali-kali hal ini terjadi. Berkali-kali pula penumpang kereta jadi korbannya. Mau sampai kapan?" ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com