Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak Kampung Pulo Beradaptasi dengan Lingkungan Rusun

Kompas.com - 29/04/2016, 19:09 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 330 anak dari tingkat PAUD hingga SMP sembilan bulan terakhir menjalani kehidupan baru di Rusun Jatinegara Barat, Jakarta Timur, setelah dipindah dari Kampung Pulo, Kampung Melayu.

Rizki Putra (9), siswa SD 01 Pagi Balimester mengaku senang-senang saja tinggal di rusun. "Seneng, masih main sama teman-teman," kata Rizki saat sedang bermain bola di halaman Rusun Jatinegara Barat, Jumat (29/4/2016).

Dari pagi hingga malam, puluhan anak-anak silih berganti bermain di halaman dan selasar rusun yang luas. Selain bermain, mereka juga jajan berbagai kudapan seperti bakso, cilok, sosis, dan minuman instan.

Aditya (13), siswa SMPN 14 Jakarta merasa kebutuhannya telah tercukupi. Ia setiap pagi menumpang bus sekolah tanpa harus membayar. Untuk sekolah pun, ia tidak harus membayar. Aditya mengaku tempat tinggal barunya kini terasa mewah.

"Awalnya bingung gitu naik lift, sekarang mah udah biasa tinggal di gedung," katanya.

Untuk anak-anak usia di bawah lima tahun, tersedia PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang terletak di lantai dasar rusun. PAUD itu dilengkapi dengan perpustakaan dan sejumlah mainan seperti ayunan dan perosotan.

Kepala Bidang Prasarana Unit Pengelola Rusun, Duma Marhisar, mengatakan, sebanyak 65 anak terdaftar di PAUD itu.

"Ramai kok, yang punya anak ya sekolah di PAUD sini semua, ada dua kelas, A dan B," kata Duma.

Ia mengatakan, seharusnya orangtua tidak lagi terbebani oleh biaya-biaya bagi anak mereka. Mereka hanya cukup mengeluarkan uang untuk bekal.

"Kan transportasi gratis, perlengkapan juga gratis pakai Kartu Jakarta Pintar, jadi harusnya sih nggak berat," kata Duma.

Namun bagi Irma (13), kesulitan biaya masih dirasakannya. Kendati ia tak mengeluarkan uang untuk sekolah anaknya, Irma masih merasa hidup di rusun lebih berat daripada di rumah lamanya di Kampung Pulo. Irma yang merupakan ibu rumah tangga, hanya mengandalkan pendapatan suaminya yang berprofesi sebagai tukang ojek sehari-hari.

"Ya saya anak ada dua, jajannya sehari Rp 15.000 satu, sebulan berarti Rp 700.000 buat dua anak, belum kalau ada kebutuhan lain. Kan lumayan jadinya bayar sewa (rusun)  Rp 300.000," kata Irma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Megapolitan
Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com