Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mampukah Calo di Kantor Samsat Diberantas?

Kompas.com - 03/05/2016, 06:27 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Praktik percaloan nampaknya masih subur di Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat).

Beberapa hari lalu fakta mengenai keberadaan calo terungkap di kantor Samsat Jakarta Timur. Modusnya yakni dengan menawari jasa pengurusan surat tanda nomor kendaraan (STNK) dengan lebih cepat. Asalkan, pengunjungnya menambah atau memberikan tarif lebih dari tarif di jalur resmi.

Salah satu calo di Samsat Jakarta Timur misalnya, menawari ongkos perpanjangan STNK Rp 30.000.

Suburnya praktik calo karena faktor simbiosis mutualisme, antara pengunjung samsat dan calo. Tak mau repot atau lama menunggu, jasa calo akhirnya digunakan. Tapi praktik ini merugikan pihak lain yang mengurus melalui jalur resmi. (Baca: Warga Pilih Jasa Calo untuk Percepat Proses Pembuatan SIM)

Salah satu pengunjung di Samsat Jakarta Timur, Sunarto (45) misalnya, mengeluhkan peran calo yang menyebabkan pengurusan STNK di jalur resmi menjadi lama. Ia melihat ada calo yang datang ke loket dengan membawa tumpukan berkas. Tak lama kemudian, si calo sudah dapat mengambil berkasnya lagi.

"Ada saya lihat sampai nyusupin berkas mungkin sampai lima berkas. Terus nanti enggak lama datang ambil lagi. Padahal dia enggak ikut antre, enggak dipanggil. Ini yang menurut saya yang juga bikin lama, kalau calonya dibasmi bisa lebih cepat," ujar Sunarto, kepada Kompas.com, beberapa waktu kemarin. (Baca: Pelayanan di Samsat Jaktim Lama, Warga Keluhkan Banyaknya Calo hingga Loket Berlapis)

Bersih calo

Operasi bersih calo di Samsat Jakarta Timur telah dilakukan sebulan belakangan. Kepala Unit Samsat Jakarta Timur Ajun Komisaris Beddy Suwendi mengatakan sejak 14 Maret 2016, operasi pemberantasan calo telah dilakukan dan mengamankan 11 orang calo.

Pada Senin (2/5/2016) pihaknya mengamankan 10 lagi calo, sehingga total 21 orang. Saat diamankan, lanjut Beddy, ada calo yang berdalih mengaku jual minuman, jual koran, dan biro jasa. Namun, para calo ini akhirnya mengaku saat petugas melakukan interogasi.

"Ada yang sudah saya tanya-tanya, mereka mengaku minta tarif lebih (ke pengunjung samsat)," ujar Beddy.

Sepuluh calo yang diamankan tersebut akhirnya didata dan difoto. Mereka juga akan diminta untuk membuat surat pernyataan tidak mengulangi lagi perbuatannya. Para calo juga diancam untuk sanksi yang lebih tegas bila kedapatan kembali lagi ke samsat tersebut. Namun, Beddy tidak menjelaskan seperti apa sanksi tegas yang ia maksud.

Terkait ada tidaknya orang dalam yang mungkin terlibat, Beddy mengatakan hingga saat ini pihaknya masih mendalaminya.

"Sampai saat ini orang dalam belum ada, masih kita dalami," ujar Beddy.

Beddy mengaku, tidak memberikan batas waktu untuk operasi calo tersebut, sampai praktik tersebut dapat diberantas. Pihaknya juga mengimbau agar pengunjung samsat tak menggunakan jasa calo.

"Kami imbau masyarakat tidak usah mau diiming-imingi. Tidak usah repot menyuruh orang. Kalau tidak paham bisa bertanya di pos pengaduan yang ada di pintu masuk pelayanan," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Bantu Buang Mayat, Adik Pembunuh Wanita Dalam Koper Juga Jadi Tersangka

Bantu Buang Mayat, Adik Pembunuh Wanita Dalam Koper Juga Jadi Tersangka

Megapolitan
Banjir Berbulan-bulan di Permukiman Depok, Pemkot Bakal Keruk Sampah yang Tersumbat

Banjir Berbulan-bulan di Permukiman Depok, Pemkot Bakal Keruk Sampah yang Tersumbat

Megapolitan
Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper Terungkap, Korban Ternyata Minta Dinikahi

Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper Terungkap, Korban Ternyata Minta Dinikahi

Megapolitan
Tak Cuma di Medsos, DJ East Blake Juga Sebar Video Mesum Mantan Kekasih ke Teman dan Keluarganya

Tak Cuma di Medsos, DJ East Blake Juga Sebar Video Mesum Mantan Kekasih ke Teman dan Keluarganya

Megapolitan
Heru Budi Usul Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke yang Diduga Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Usul Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke yang Diduga Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Ketika Ketua RW di Kalideres Dituduh Gelapkan Dana Kebersihan lalu Dinonaktifkan Pihak Kelurahan...

Ketika Ketua RW di Kalideres Dituduh Gelapkan Dana Kebersihan lalu Dinonaktifkan Pihak Kelurahan...

Megapolitan
6 Anggota Polres Metro Jaksel Dipecat, Sebagian karena Jadi Pengedar dan Pengguna Narkoba

6 Anggota Polres Metro Jaksel Dipecat, Sebagian karena Jadi Pengedar dan Pengguna Narkoba

Megapolitan
Dua Maling Gasar Motor di Tanjung Priok, Polisi Bergerak meski Korban Enggan Lapor

Dua Maling Gasar Motor di Tanjung Priok, Polisi Bergerak meski Korban Enggan Lapor

Megapolitan
Hal-hal yang Belum Terungkap di Kasus Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha yang Dikawal

Hal-hal yang Belum Terungkap di Kasus Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha yang Dikawal

Megapolitan
Rute Transjakarta 8N Kebayoran - Petamburan via Asia Afrika

Rute Transjakarta 8N Kebayoran - Petamburan via Asia Afrika

Megapolitan
Ahok Beberkan Solusi Penanganan Macet Jakarta, Berharap Direalisasikan Gubernur DKI

Ahok Beberkan Solusi Penanganan Macet Jakarta, Berharap Direalisasikan Gubernur DKI

Megapolitan
DJ East Blake Terancam 12 Tahun Penjara akibat Sebar Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Terancam 12 Tahun Penjara akibat Sebar Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Megapolitan
Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com