JAKARTA, KOMPAS.com - Dinding penahan air di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara pada Sabtu (4/6/2016) malam jebol. Dampak jebolnya dinding penahan tersebut masih terlihat hingga saat ini.
Dari pantauan Kompas.com di lokasi jebolnya dinding, masih tampak rembesan air laut yang menggenangi ruas jalan di kawasan tersebut. Ketinggian air laut hampir sama dengan penahan sementara yang baru dibangun.
Tampak penahan air yang dibuat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI pada Sabtu malam menggunakan bambu dan kantung pasir, tidak efektif mencegah air menggenai jalan.
Selain di lokasi jebolnya dinding, di sisi dinding lainnya yang berjarak 200 meter, air juga mengalir cukup deras. Diketahui bahwa lokasi jebolnya dinding merupakan tempat pelestarian tanaman mangrove.
Air yang mengalir cukup deras membuat jalan yang memiliki struktur lebih rendah langsung digenangi air. Genangan mencapai 10 sentimeter. Namun jika malam hari, ketinggian air bisa merendam ruas jalan hingga 40 sentimeter.
Teguh, petugas keamanan di rusun Muara Angke mengatakan, dinding tersebut dibangun sejak tiga tahun lalu, namun semakin lama terlihat dasar dinding semakin tergerus sehingga menyebabkan dinding tidak bisa menahan debit air. Panjang dinding membentang mencapai 3 kilometer, dengan ketinggian sekitar 2 meter.
"Itu dinding baru 2-3 tahun dibangun, tapi semakin kemari di bawah dinding kayak ambles gitu," ujar Teguh kepada Kompas.com, Selasa (7/6/2016).
Namun, air laut tidak sampai menggenai rusun di Muara Angke. Teguh mengatakan meski ketinggian air mencapai 40 sentimeter, struktur tanah di rusun Muara Angke yang cukup tinggi tak sampai membuat air masuk ke lantai dasar permukiman warga.
Teguh menyebut, kenaikan air biasanya dimulai pukul 21.00 WIB, dan pada pukul 03.00 WIB air kembali surut. BPBD DKI menyebut, jebolnya tanggul dikarenakan debit air yang tinggi membuat dinding tidak bisa menahan air.
Di sisi lain, dinding yang memang bukan diperuntukan untuk menahan banjir jelas tidak mampu menahan kenaikan debit air dibanding tanggul yang memiliki struktur lebih kokoh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.