Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tato Dianggap Alasan Pengeroyokan Jumali hingga Tewas di Pademangan

Kompas.com - 22/07/2016, 22:19 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolsek Pademangan Kompol Andi B Rahman mengatakan, kelima tersangka pengeroyokan di Pademangan, Jakarta Utara telah mempersiapkan senjata tajam untuk dibawa konvoi sebulan sebelum malam takbiran.

Sebelumnya, kelima tersangka, Anwar Arif alias Acong, Sharoni alias Pisang, Hendra Kurniyanto, dan Hendri Suryana serta tersangka Roxi yang saat ini masih buron mengeroyok Jumali, warga Pademangan menggunakan senjata tajam hingga tewas.

Pengeroyokan itu terjadi ketika Jumali tidak terima Roxi melempar puntung rokok ke arah korban sehingga menyebabkan pertengkaran hingga pengeroyokan yang berujung pada tewasnya Jumali saat malam takbiran.

Andi menjelaskan, kelima tersangka telah menyiapkan dua buah pedang dan tiga parang untuk dibawa konvoi pada saat malam takbiran. Namun menurut pengakuan para tersangka, mereka tidak menargetkan siapapun untuk dijadikan korban pengeroyokan, termasuk korban Jumali.

"Mereka bawa untuk jaga-jaga. Tapi memang tidak ada target pengeroyokan," ujar Andi di Mapolsek Pademangan, Jakarta Utara, Jumat (22/7/2016).

Andi mengatakan, seluruh senjata itu diselipkan di bawah kursi bus, kendaraan yang dipakai para tersangka untuk konvoi. Selain alasan puntung rokok, Andi mengatakan kalau aksi pengeroyokan itu juga karena tersangka terganggu dengan gaya Jumali khususnya dengan seluruh tato yang ada di tubuhnya.

Menurut Andi, tato yang ada di tubuh Jumali menjadi perhatian para tersangka hingga tersulut emosi.

"Korban ini kan tatoan, pakai baju kaos, mungkin karena itu juga pelaku mengeroyok korban," ujar Andi.

Tepat saat malam takbiran, lima orang warga Pademangan mengeroyok seorang warga Pademangan lainnya, Jumali hanya karena sepuntung rokok. Jumali dikeroyok oleh kelima tersangka menggunakan benda tumpul dan senjata tajam.

Ada tujuh bekas sayatan di tubuh Jumali. Jumali sempat dilarikan ke rumah sakit namun karena mengeluarkan banyak darah nyawa Jumali tak tertolong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com