JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta M Nasyir menyanggah tudingan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama yang menyebut pengerjaan infrastruktur molor karena ada kesalahan dari kontraktor. Ia juga membantah PT MRT Jakarta kurang melakukan pengawasan terhadap konstruksi yang dikerjakan delapan kontraktor.
"Proyek MRT itu sistemnya design and build. Kontraktor menyodorkan desain, membangun, dan melakukan controlling. PT MRT tugasnya kan cuma penjagaan kontrak sama manajemen proyek," ujar Nasyir, di kantornya, Rabu (27/7/2016).
Nasyir mengungkapkan memang sempat ada kesalahan saat pengadaan 57 box girder untuk konstruksi jalan layang yang membentang dari Lebak Bulus hingga Sisingamangaraja. Box girder itu tidak sesuai dengan spesifikasi sehingga PT MRT Jakarta mengembalikannya ke kontraktor.
"Kualitas proyek MRT ini yang terbaik. Coba saja dilihat di Jalan Fatmawati girder kami dibandingkan dengan girder jalan layang non tol," kata Nasyir.
Nasyir menjelaskan bahwa proses konstruksi telah melalui berbagai tahapan sebelum dipasang. Kontraktor mengadakan sendiri infrastruktur yang dibutuhkan, melakukan kontrol sebelum dikerahkan ke lokasi juga dilakukan oleh konsultan kontraktor yang bersangkutan.
Di lokasi, PT MRT juga melakukan kontrol melalui konsultan. Nasyir menyebut pengawasan di lapangan sebenarnya bukan tugas PT MRT Jakarta.
"Design build harusnya kami hanya terima di-site. Sekarang kami melakukan lebih dari itu. Bahkan pengecoran kami cek. Kalau bagus kami terima, kalau tidak sesuai kami reject. Memang tidak semua orang paham sistem design build," ujarnya.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sempat mengancam akan memecat direksi PT MRT Jakarta karena kesalahan kontraktor ini.
"Makanya, saya bilang ini enggak bisa, kalau enggak ditungguin. Apa saya yang harus tungguin teknis MRT? Kalau enggak, ya saya akan ganti itu (direksi PT MRT Jakarta), masa saya yang harus urusin teknis MRT," kata dia di Balai Kota, Senin (21/3/2016).
Proyek MRT yang awalnya diperkirakan selesai tahun ini, harus mundur dan diperkirakan baru beroperasional pada akhir 2018 atau awal 2019.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.