Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keyakinan Ahok bahwa PDI-P Akan Prioritaskan Dukung Petahana

Kompas.com - 15/08/2016, 08:35 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hingga Senin (15/8/2016), partai dengan kursi terbanyak di DPRD DKI Jakarta, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), belum memutuskan sikap mereka untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.

(Baca juga: Surya Paloh Ucapkan "Welcome" jika PDI-P Ikut Dukung Ahok)

Kendati demikian, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok meyakini partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri tersebut akan mengusungnya sebagai calon petahana pada Pilkada DKI Jakarta 2017 meskipun Ahok tak menjadi kader PDI-P atau mengikuti penjaringan bakal cagub PDI-P.

Ia lantas mencontohkan langkah PDI-P saat mendukung Sutiyoso sebagai gubernur DKI Jakarta ketika itu.

"Ingat enggak dulu orang berpikir Bang Yos (diduga terlibat) bikin kantor PDI hancur, dan enggak mungkin PDI-P mencalonkan beliau (menjadi gubernur). Tapi begitu dianalisa PDI-P, Jakarta masih membutuhkan figur seperti Bang Yos, dan PDI-P secara bulat mendukung Bang Yos lho," kata Ahok, Jumat (12/8/2016) lalu.

(Baca juga: Ahok: PDI-P Akan Putuskan yang Terbaik untuk Orang Jakarta)

Oleh karena itu, Ahok yakin PDI-P memiliki tradisi untuk mendukung petahana selama mayoritas warga di daerah tersebut masih membutuhkan kinerja petahana.

"Tapi bisa juga PDI-P berpikir, bisa saja orang PDI-P merasa kayaknya trotoar atau taman nih mesti (diperbaiki), jadi dikirim Bu Risma (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini) nih, Jakarta tamannya baru beres begitu lho," ujar Ahok.

"Dari situ, saya mikir, aku juga mesti keluarin foto taman aku dong. Aku mesti ukur juga taman Surabaya ada berapa nih, punya aku bikin ada berapa nih. Ini namanya kan dialog sehat," kata Ahok.

Dukung petahana jadi opsi pertama

Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, ada tiga opsi bagi partainya untuk mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Tiga opsi itu masih akan terus dibahas hingga akhirnya diputuskan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan diusung.

"Opsi pertama adalah mendukung incumbent Pak Ahok dan Pak Djarot (Djarot Saiful Hidayat)," kata Hasto.

Opsi kedua adalah dengan melaksanakan proses penjaringan. Kini, DPP PDI-P telah mengerucutkan enam nama pendaftar yang lolos fit and proper test.

Partai berlambang banteng moncong putih itu memberi kesempatan kepada para pendaftar untuk bersosialisasi kepada masyarakat bawah.

Hal ini akan menjadi pertimbangan PDI-P dalam menilai upaya mereka. Kemudian, opsi ketiga adalah pilihan di luar opsi pertama dan kedua.

Nantinya, kata dia, bisa saja muncul sebuah skenario yang menciptakan kejutan. Sebab, kata Hasto, DKI Jakarta merupakan pusat pergerakan politik sehingga banyak kejutan. 

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com