Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kronologi Pengeroyokan Andrew, yang Diledek Mirip Ahok di Bus Transjakarta

Kompas.com - 03/09/2016, 15:36 WIB
Akhdi Martin Pratama

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Andrew Budikusuma menjadi korban pemukulan oleh orang tak dikenal di dalam bus Transjakarta. Selain dipukul, Andrew juga mendapat kata-kata bernada rasial dari orang tak dikenal tersebut.

Kejadian ini bermula pada Jumat (26/8/2016) lalu sekitar pukul 20.30 WIB, Andrew menaiki bus Transjakarta dari Halte Depkes dan transit di Halte Kuningan, kemudian korban kembali naik bus Transjakarta kembali dari Halte Mampang menuju Slipi dengan jurusan Pinang Ranti-Piuit.

Di waktu bersamaan, enam orang tersangka yaitu DS (21), HBP (26), MA alias Aweng (31), SR (17), dan AR (21), N (DPO) dan A (DPO) naik bus Transjakarta dari Halte Blok M dan transit di Halte Semanggi.

"Pengakuannya keenam orang itu habis dari Blok M untuk berbelanja pakaian," ujar Kanit I Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKP Pius Ponggeng di Halte JCC Transjakarta, Sabtu (3/9/2016).

(Baca: Rekonstruksi Kasus Pengeroyokan Andrew yang Diteriaki "Ahok", Pelaku Peragakan 15 Adegan)

Selanjutnya, enam orang tersangka kembali menaiki bus Transjakarta jurusan Pinang Ranti-Pluit dan di dalam bus Transjakarta tersebut sudah ada tersangka DS yang naik dari Halte Pinang Ranti.

DS sendiri diketahui merupakan pegawai toko buku sedangkan enam pelaku lainnya merupakan pengangguran.

"DS ini pegawai toko buku, jadi dia memang sudah ada di bus itu, dia habis pulang kerja dan kebetulan enggak sengaja ketemu temen-temen lainnya di bus yang sama," ucapnya.

(Baca: Lima Pengeroyok Andrew Dibekuk Polisi)

Setelah para tersangka menaiki bus dari halte Semanggi, kebetulan saat itu tidak ada tempat duduk yang kosong. Sehingga, para pelaku berdiri mengelilingi Andrew.

"Posisinya AR sebelah kanan korban, MA, HBP, A di depan korban, S di dekat pintu tengah, N sebelah kiri korban dan DS di pintu belakang bus," kata Pius.

Kemudian, AR mencoba meledek Andrew dengan menyebut wajahnya mirip Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Merasa risih dengan ledekan pelaku, Andrew mencoba mengelak sambil mengatakan dirinya merasa capek karena baru pulang kerja.

"AR ini meledek korban dengan menyebut wajah korban mirip Pak Ahok. Korban yang merasa sedang capek dan tidak ingin bercanda kemudian mengatakan 'apaan sih, sudah jangan ganggu gua, gua pulang kerja capek'," ujar dia.

(Baca: Ahok: Pemukul Andrew di Transjakarta Itu Pengecut dan Penakut)

Pernyataan korban yang mengaku capek pun langsung ditimpali oleh HBP yang mengatakan dirinya juga sedang capek. Mendengar adanya keributan, petugas on board bernama Dadang menyuruh mereka turun agar tidak mengganggu penumpang lainnya.

Lalu MA memprovokasi para pelaku lainnya, untuk membawa korban turun di halte JCC. AR pun merasa tidak senang dengan perkataan korban dan langsung menarik baju korban menuju pintu keluar bus di Halte JCC dan pada saat itu juga korban dipukul AR.

"Korban ditarik keluar bus dan di saat itulah para pelaku mengeroyok korban dengan pukulan dan tendangan," kata Pius.

Selanjutnya, melihat korban sudah tidak berdaya, Dadang menarik korban kembali masuk ke dalam bus dan Anwar, selaku sopir bus menutup pintu otomatis dan menjalankan bus yang dikemudikannya ke arah Slipi.

Merasa belum puas memukuli Andrew, N saat pintu ditutup melontarkan kata-kata penghinaan kembali kepada Andrew. Akibat ulahnya, Mereka terancam dikenakan Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara.

Kompas TV 4 Pria Tak Dikenal Keroyok Pria Mirip Ahok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com