Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Penyekapan di Pondok Indah

Kompas.com - 06/09/2016, 09:56 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com —
Meski polisi telah menahan pelaku penyekapan di Pondok Indah, pengungkapan motif serta tindak pidana penyekapan tersebut belum diketahui. Hingga Senin (5/9/2016) malam, pelaku AJS masih diperiksa polisi selama empat jam.

Tim kuasa hukum tersangka AJS dan SU yang terdiri atas 13 pengacara membantah keterangan polisi bahwa peristiwa di rumah Asep Sulaiman di Jalan Bukit Hijau IX Nomor 17, Pondok Indah, Jakarta Selatan, pada Sabtu (3/9/2016) pagi, adalah murni perampokan.

Pengacara pelaku penyanderaan mengakui bahwa memang ada tindak pidana terkait senjata api dan amunisi yang dimiliki AJS. Senjata api disebut didapatkan dari oknum polisi dan TNI AL.

Soal penyekapan, pengacara menyebut AJS sebenarnya memiliki motif baik ingin menyelesaikan masalah dengan Asep setahun terakhir. Namun, pengacara menolak membeberkan masalah yang melibatkan pelaku dengan Asep.

"Jadi motifnya untuk kebaikan mendamaikan orang. Input-nya bukan hanya ke kami, kepada korban perlu ditanya pertemuan apa sih sebelumnya antara klien kami dan korban. Jadi, kami minta kejujuran pihak korban," kata pengacara Apolos Jarabonga, di Mapolda Metro Jaya, Senin malam.

Tim kuasa hukum AJS dan SU juga membantah keterangan Asep yang mengaku tidak kenal dengan kedua pelaku. Pengacara justru menyebut keduanya bersahabat, dan membenarkan pernah bekerja di tempat yang sama, yaitu PT Exxon Mobil. AJS sempat menjadi pengawal Asep yang merupakan vice president.

Lalu, siapakah sosok AJS sebenarnya?

Pengacara mengatakan bahwa pada kurun waktu 2010 hingga 2016, AJS berprofesi sebagai tenaga keamanan outsourcing di PT Exxon. Ia juga disebut memiliki bisnis jual beli mobil.

AJS keluar dari Exxon untuk meniti karier di dunia advokasi dan baru mau mengikuti ujian menjadi pengacara. Pengacara membocorkan bahwa AJS kini tengah menangani sebuah kasus yang dapat membahayakan keamanannya, tetapi enggan menyebut keterkaitannya dengan penyanderaan di rumah Asep.

Pentingnya mendalami latar belakang

Kriminolog Universitas Indonesia, Yogo Tri Hendiarto, menyebut kasus penyanderaan di Pondok Indah ini sangat unik. Perampokan biasanya memiliki pola adanya tindak kekerasan, dan ketiadaan hubungan antara pelaku dan korban.

"Perampokan biasanya dilakukan oleh stranger, tidak saling kenal," kata Yogo, saat dihubungi.

Jika disebut perampokan, maka AJS dan rekannya tidak merencanakan secara matang sebab aksinya digagalkan oleh masyarakat dan polisi. Padahal, AJS mengaku telah merencanakan aksinya bersama empat orang lainnya selama sebulan terakhir.

Malam hari sebelum eksekusi, AJS mengumpulkan mereka terlebih dahulu di sebuah hotel di bilangan Jakarta Selatan. AJS diketahui melompat pagar rumah Asep pagi hari sekitar subuh, dan sempat meminta dibikinkan mi oleh pembantu rumah tangga, yang kemudian kabur pada pukul 10.30.

"Yang dilakukan selama itu adalah negosiasi, keduanya negosiasi, ada yang diminta," kata Yogo.

Yogo menyebut, yang penting dilakukan oleh para penyidik saat ini adalah mengungkap motif untuk dapat menjelaskan apa yang terjadi pada Sabtu pagi itu. Untuk mengungkap motif, hal yang perlu dilakukan adalah mendalami latar belakang dan interaksi antara pelaku dan korban.

"Harus diketahui, masalah apa yang mendahului penyekapan itu," kata Yogo.

Kompas TV Pelaku Perampokan Pondok Indah Tinggal di Kawasan Mewah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 31 Mei 2024, dan Besok : Pagi Ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 31 Mei 2024, dan Besok : Pagi Ini Cerah Berawan

Megapolitan
KASN Telusuri Status Cuti Supian Suri Saat Datang ke Kantor PAN

KASN Telusuri Status Cuti Supian Suri Saat Datang ke Kantor PAN

Megapolitan
Soal Duet Keponakan Prabowo dan Kaesang di Pilkada DKI, PSI: Untuk Meramaikan Suasana Saja

Soal Duet Keponakan Prabowo dan Kaesang di Pilkada DKI, PSI: Untuk Meramaikan Suasana Saja

Megapolitan
Besi Ribar yang Jatuh di Lintasan MRT Masih Dievakuasi

Besi Ribar yang Jatuh di Lintasan MRT Masih Dievakuasi

Megapolitan
BNNP DKI Jakarta Musnahkan 3.449,7 Gram Barang Bukti Narkotika

BNNP DKI Jakarta Musnahkan 3.449,7 Gram Barang Bukti Narkotika

Megapolitan
Polisi: Besi Ribar yang Jatuh Mengenai Gerbong Kereta MRT

Polisi: Besi Ribar yang Jatuh Mengenai Gerbong Kereta MRT

Megapolitan
Menantu di Jakbar Diduga Aniaya Mertuanya karena Permasalahan Pembayaran Gaji ART

Menantu di Jakbar Diduga Aniaya Mertuanya karena Permasalahan Pembayaran Gaji ART

Megapolitan
Bandar Narkoba di Pondok Aren Diduga Masih Dalam Pengaruh Sabu Sebelum Tewas Dalam Toren Air

Bandar Narkoba di Pondok Aren Diduga Masih Dalam Pengaruh Sabu Sebelum Tewas Dalam Toren Air

Megapolitan
Operasional MRT Jakarta Dihentikan Sementara, Penumpang yang Sudah “Tap In” Bisa Minta Pengembalian Dana

Operasional MRT Jakarta Dihentikan Sementara, Penumpang yang Sudah “Tap In” Bisa Minta Pengembalian Dana

Megapolitan
Fasilitas Publik di Jaktim Sudah Baik, tapi Masih Perlu Pembenahan

Fasilitas Publik di Jaktim Sudah Baik, tapi Masih Perlu Pembenahan

Megapolitan
MRT Jakarta Pastikan Tidak Ada Korban Insiden Jatuhnya Besi Ribar ke Jalur Kereta

MRT Jakarta Pastikan Tidak Ada Korban Insiden Jatuhnya Besi Ribar ke Jalur Kereta

Megapolitan
KPU Tidak Persoalkan Pemasangan Spanduk hingga Baliho Bacawalkot Bogor Sebelum Masuk Masa Kampanye

KPU Tidak Persoalkan Pemasangan Spanduk hingga Baliho Bacawalkot Bogor Sebelum Masuk Masa Kampanye

Megapolitan
Kaesang Digadang Jadi Cawagub Jakarta, Pengamat: Sekelas Ketua Umum dan Anak Presiden Minimal Cagub

Kaesang Digadang Jadi Cawagub Jakarta, Pengamat: Sekelas Ketua Umum dan Anak Presiden Minimal Cagub

Megapolitan
Penahanan Ditangguhkan, Eks Warga Kampung Bayam Kena Wajib Lapor

Penahanan Ditangguhkan, Eks Warga Kampung Bayam Kena Wajib Lapor

Megapolitan
Warga Dengar Suara Dentuman dan Percikan Api Saat Besi Crane Timpa Jalur MRT

Warga Dengar Suara Dentuman dan Percikan Api Saat Besi Crane Timpa Jalur MRT

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com