Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Penasaran dengan Sidang Jessica, Kalah Sidang MPR/DPR..."

Kompas.com - 07/09/2016, 14:03 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sidang kasus kematian Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat selalu menyedot perhatian publik.

Dalam setiap persidangan, selalu ada masyarakat yang datang ke ruang sidang untuk menyaksikan langsung jalannya persidangan. Mereka mengaku penasaran setelah menonton sidang yang selalu disiarkan secara langsung oleh stasiun-stasiun televisi.

"Saya penasaran, sidang ini (Jessica) begitu lama. TV siaran langsung, kalah sidang MPR/DPR," ujar salah satu warga, Tuti (60), di ruang persidangan.

Tuti baru kali pertama menyaksikan sidang Jessica secara langsung. Dia biasanya hanya menonton dari televisi. Tuti mengaku bersimpati kepada keluarga Mirna.

"Saya masyarakat biasa, tetapi kalau terjadi sama anak saya gimana. Saya pernah ketemu sama ayah Mirna, mungkin waktu itu abis dari sidang. Saya tanya gimana," kata pensiunan yang tinggal di Jalan Bungur Besar itu.

Warga lainnya, Alam Sukisman (53), sudah tiga kali menyaksikan sidang Jessica secara langsung. Dia mengaku mendapatkan pelajaran dengan menyaksikan persidangan tersebut.

"Saya lihat kasus ini sebuah pembelajaran buat masyarakat. Ketika kita mempersangkakan seseorang, harus punya bukti yang kuat, terlepas Jessica salah benar (karena) kan pengadilan yang menentukan," kata Sukisman.

Selama mengikuti persidangan dari awal melalui televisi, pria yang mengaku mantan anggota DPR Provinsi Jambi itu merasa belum ada bukti kuat untuk menghukum Jessica. Karena itulah, dia mengaku tertarik untuk terus mengikuti jalannya persidangan.

Senada dengan Tuti dan Sukisman, warga lainnya, Friska Simanjuntak (63), juga penasaran dengan kasus kematian Mirna tersebut. Dia juga sudah tiga kali hadir langsung di ruang sidang.

"Saya semakin penasaran. Mudah-mudahan ada keadilan untuk siapa pun. Saya tidak berpihak ke mana-mana," ucap warga Kemayoran itu.

Friska merasa prihatin kepada keluarga korban. Dia juga prihatin terhadap Jessica apabila ternyata tidak bersalah.

"Jangan sampai yang namanya tidak salah jadi salah. Saya juga prihatin dengan korban, saya bisa memahami reaksi mereka yang kehilangan. Posisi saya itu sekarang saya menyerap aja (fakta persidangan)," kata Friska.

Rabu ini merupakan sidang ke-19 untuk mengadili Jessica. Sebagai informasi, Mirna meninggal setelah meminum es kopi vietnam yang dipesan oleh Jessica di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu (6/1/2016).

Jessica menjadi terdakwa kasus tersebut. Jaksa penuntut memberikan dakwaan tunggal terhadap Jessica, yakni Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana.

Kompas TV Soal Sianida, Saksi Ahli Jessica Punya Keterangan Berbeda
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com