Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Sering Digusur, Warga Kolong Tol Wiyoto Wiyono Tetap Bertahan

Kompas.com - 13/09/2016, 15:37 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Puluhan bedeng kembali berdiri di bawah kolong Tol Wiyoto Wiyono. Padahal, kawasan ini telah dua kali ditertibkan oleh Pemprov DKI, yaitu pada 2008 dan pertengahan tahun ini.

Jali, salah satu warga kolong Tol Wiyoto Wiyono yang masih bertahan, mengatakan kalau dirinya sudah kerasan tinggal di kawasan itu. Jali mengaku telah menempati kolong tol selama sembilan tahun.

Jali mengatakan, dirinya sempat tinggal di daerah Jelambar, Jakarta Barat, bersama orangtuanya. Berusaha hidup mandiri, Jali memutuskan tinggal di bawah kolong tol.

Saat ini dia tinggal sendiri, sementara istri dan dua anaknya tinggal bersama dengan mertuanya di daerah Banten. Jali menjelaskan, satpol PP sering melakukan penertiban di kawasan itu.

Dalam sebulan, penertiban oleh satpol PP bisa dilakukan sebanyak empat kali. Setiap penertiban yang dilakukan, warung jajanan ringan milik Jali selalu diangkut petugas. Namun, dirinya kembali membangun lapak tersebut.

"Untuk menyambung hidup, Mas," ujar Jali kepada Kompas.com di lokasi, Selasa (13/9/2016).

Selain warung, bedeng yang dibangun Jali juga dihancurkan. Jali tinggal di bedeng berukuran 4 x 4 meter.

"Digodam kamar mandi saya, haduh pusing," ujar Jali.

Kompas.com/David Oliver Purba Warga kolong Tol Wiyoto Wiyono kembali dirikan bedeng di sepanjang kolong tol. Selain dijadikan tempat tinggal, warga memanfaatkan bedeng tersebut untuk dijadikan warung kopi bagi para supir truk yang singgah, Selasa (13/9/2016)

Selain Jali, warga kolong tol lainnya, Wati, menyampaikan, saat penertiban dilakukan, dirinya sempat berpikir untuk mencari tempat yang lebih layak.

Bersama suaminya, Wati pernah menyewa rumah di kawasan Penjaringan. Namun, harga sewa yang menurutnya cukup mahal, yaitu Rp 500.000, sebulan membuat dirinya kembali lagi ke kolong tol. Suami Wati merupakan seorang buruh lepas, sedangkan dirinya merupakan ibu rumah tangga.

"Cuma bertahan sebulan, balik lagi kemari. Di sini gratis," ujar Wati. (Baca: Puluhan Bedeng Kembali Didirikan di Kolong Tol Wiyoto Wiyono)

Bersama suaminya, kini Wati mendirikan bedeng berukuran 4 x 4 meter di bawah kolong tol. Di dalam bedeng itu, sejumlah perlengkapan tidur, seperti kasur, bantal, hingga perlengkapan, dapur tersedia.

Wati mengaku menikmati tinggal di kawasan itu meski orang-orang yang dikenalnya saat ini sudah banyak yang mengadu nasib ke daerah lain.

"Sudah betah di sini (di kolong tol)," ujar Wati.

Kompas TV Mayat Wanita Ditemukan di Kolong Tol PIK
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com