Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Angke, Aliran Kemelut Sejarah Kelam Jayakarta

Kompas.com - 28/11/2016, 17:00 WIB

Oleh: WINDORO ADI/HELENA F NABABAN/PINGKAN ELITA DUNDU

Ciliwung, Pesanggrahan, Cisadane, Angke. Empat sungai yang pernah menjadi prasarana transportasi air dan pemasok air utama ke Batavia ini sama-sama berhulu di Gunung Pangrango, Jawa Barat. Meski demikian, arus deras sejarah awal Jakarta yang diwarnai pertumpahan darah lebih banyak terjadi di Kali Angke.

Jakarta yang awalnya adalah bagian dari Kerajaan Sunda direbut Kesultanan Banten dan mencapai masa gemilang di era pemerintahan Pangeran Jayakarta III, Jayawikarta (Pangeran Sungerasa Jayawikarta/Adipati Wijayakrama/Pangeran Arya Tengah).

Di saat Jayakarta mencapai masa keemasan inilah, Kesultanan Banten kembali memanas. Pangeran Ranamenggala (wali Sultan Banten keempat, Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdulkadir yang kala itu masih belia) diam-diam berambisi mengambil alih Jayakarta dari tangan Jayawikarta (Batavia 1740, Menyisir Jejak Betawi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2010).

Tanggal 22 Desember 1618, Ranamenggala mengerahkan 4.000 tentaranya menyusuri Kali Angke (Rivier van Angkee) memasuki Kadipaten Jayakarta. Pasukan Banten bergabung dengan Pasukan Jayakarta untuk menyerang VOC.

Inilah untuk pertama kalinya darah tertumpah di Kali Angke. Hanya dengan setengah hati Ranamenggala menghalau pasukan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie/Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda) dan Inggris. Meski demikian, aksi militer Kesultanan Banten ini mampu memaksa Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen kabur ke Maluku.

Seusai penyerbuan, Ranamenggala memecat dan menangkap Jayawikarta, 2 Februari 1619. Jayawikarta dibuang ke Desa Katengahan, Tanara, Serang, Banten. Ia meninggal dan dimakamkan di sana dengan sebutan Pangeran Panengahan (Pangeran Arya Tengah) karena perannya sebagai penengah pertengkaran kalangan elite Kesultanan Banten.

Saat Kompas dengan dua perahu karet bersama personel Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) menyisir Angke dari perbatasan Bogor-Tangerang sampai Cengkareng Drain, Jakarta Barat, pada Jumat (2/9/2016), jejak pasukan Kesultanan Banten itu telah lenyap, tak tersisa. Tetapi, seusai melintasi Bendung Polor di Kelurahan Petir, Cipondoh, Kota Tangerang, bayangan puluhan perahu pasukan Kesultanan Banten tersebut muncul kembali.

Bayangan itu melintas di beberapa ruas kali yang tepiannya masih rindang dan temaram dengan lebar kali masih sekitar 20 meter. Gemericik air dari dayung-dayung yang terayun terdengar sayup.

Genosida

Darah kembali tertumpah di Kali Angke setelah pemberontakan Tionghoa pecah, 9-11 Oktober 1740.

Cerita berawal setelah Gubernur Jenderal VOC Adrian Valckenier (1737-1741) membiarkan gelombang imigrasi kaum Hokkian terus berlangsung. Arus imigrasi akhirnya tak hanya membawa kaum Hoakiau (Tionghoa perantauan) yang bersumber daya manusia tinggi, tetapi juga para Hoakiau kriminal.

Sampai kemudian harga gula dunia jatuh di akhir 1730. Industri gula di Batavia nyaris bangkrut. Banyak orang kehilangan pekerjaan sementara arus imigran Tionghoa terus mengalir sampai akhirnya memicu pemberontakan.

VOC lalu mengambinghitamkan Kapitan Tionghoa, Ni Hoe Kong, dan membantai 10.000 orang Tionghoa. Mayat mereka dilempar ke Kali Angke, di sekitar Toko Tiga sampai di sekitar Jalan Pangeran Tubagus Angke saat ini, sebelum pelintasan kereta api Stasiun Angke, Jakarta Barat.

Hoe Kong dituduh bersekongkol dengan perusuh Ni Wei Kong dan Tjet Kong. Dengan bantuan kedua orang itu, Hoe Kong dituduh telah menyiapkan massa bersenjata di pabrik-pabrik penggilingan tebu miliknya untuk memberontak. Hoe Kong dituduh memerintahkan mereka membunuh 50 orang Eropa dan sejumlah pejabat menengah VOC pada 7 Oktober 1740.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com