Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Aiptu Sutisna Tak Melawan Wanita Pengemudi yang Menyerangnya

Kompas.com - 14/12/2016, 13:27 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — "Saya hanya manusia biasa, tapi baju ini yang menghidupi saya, harus saya bela, saya tidak mau baju saya dikata-katain kotor kayak gitu. Saya mendapatkan baju ini juga dengan susah payah," kata Aiptu Sutisna.

Sejak bergabung dengan institusi kepolisian pada 1993, Aiptu Sutisna telah menghadapi berbagai macam situasi. Namun, selama 13 tahun di lapangan dan 10 tahun jadi polisi lalu lintas di Ibu Kota, belum pernah ia dimaki dan diserang seperti perempuan yang menyerangnya di Jalan Jatinegara Barat, Selasa (13/12/2016) kemarin.

"Kalau pribadi saya, sebesar apa pun kesalahan orang, kalau minta maaf pasti saya maafkan. Mungkin Ibu Dora karena khilaf atau ada masalah. Alhamdulillahnya ketemu sama saya. Kalau ketemu yang lain, enggak tahulah apa yang terjadi," ujar Sutisna.

Sutisna bercerita, pada Selasa pagi itu, tiba-tiba dia diteriaki cacian kasar dari seorang perempuan yang mengemudi mobil Xenia.

"Sekitar jam 9-an ada mobil Xenia berhenti persis di depan saya, dia buka kaca sebelah kiri, dia teriakin saya, 'Hei an***g, kalau mau berdiri jangan di situ, di depan sana'. Saya tak menghiraukan kata-kata itu, mungkin ibu itu (ngomong) bukan ke saya," kata Sutisna di Mapolda Metro Jaya, Rabu (14/12/2016) pagi.

Makian kasar perempuan itu tak berhenti di situ. Belum sempat Sutisna menjawab, ibu itu sudah meneruskan makiannya. Sutisna pun bertanya apa salahnya dan mengapa dia dimaki.

Kebingungan, Sutisna pun berniat mencatat pelat nomor polisi mobil Xenia itu dengan memotretnya. Perempuan itu langsung turun dari mobilnya dan merampas ponsel Sutisna.

"Setelah itu dia bilang, 'Saya ini orang Mahkamah Agung, handphone kamu saya sita, nanti kamu ambil di Mahkamah Agung'. Saya bilang, 'Saya enggak perlu ngambil ke MA, kalau Ibu mau, silakan ambil handphone saya, lah wong handphone saya jelek'," kata Sutisna mengulang percakapan waktu itu.

Sutisna mengaku terus mencoba mengklarifikasi alasan perempuan itu memakinya, tetapi perempuan itu malah mencoba pergi. Sutisna pun mengambil kunci yang tertancap di kontak mobil Xenia, dan melangkah ke jalur bus transjakarta untuk melanjutkan pekerjaannya.

Tindakan Sutisna memicu amarah perempuan tersebut. Dia memukul sambil menarik-narik bajunya. Terlihat dalam video yang beredar, topi polisi Sutisna lepas saat dipukuli.

Akibat dipukuli, lencana di seragam coklat Sutisna lepas, begitu juga rompi hijaunya yang hampir terlepas. Sutisna tak membalas penganiayaan yang dialaminya. Ia malah mengembalikan kunci mobil perempuan itu yang sempat disitanya, dan membiarkan dia pergi.

Seusai insiden itu, Sutisna baru melaporkan kejadian tersebut ke Mapolres Metro Jakarta Timur. Ia mengaku sudah memaafkan perempuan itu, tetapi tidak yakin akan mencabut laporannya.

"Ya, itu nanti tinggal lihat saja. Ya, kalau minta maaf ya saya maafkan. Pada saat saya kasih kunci, saya sudah maafkan dia. Tidak ada masalah sama dia. Tapi kenapa saya laporkan, saya merasa kok baju saya kok dihina-hina kayak gitu," ujar Sutisna.

Penghargaan atas kesabaran

Pagi ini, Sutisna menerima piagam dari Kapolda Metro Jaya. Sutisna mengatakan, penghargaan itu bukan yang pertama diterimanya. Ia juga pernah diberi penghargaan karena menggagalkan penodongan di Kampung Melayu.

Bagi Sutisna, yang sepanjang hari menemui berbagai pengendara di jalanan Ibu Kota, perlakuan kasar sudah jadi rutinitas sehari-hari. Selain kaki yang kuat untuk berdiri selama berjam-jam di jalan, sabar adalah modal yang tak kalah penting.

"Ke depannya saya yang harus hati-hati dan tambah kesabarannya, orang sekarang enggak kayak dulu, sekarang orang tambah emosi di jalan," kata Sutisna.

Sutisna diganjar penghargaan oleh Kapolda atas kesabarannya kemarin. Kapolda berharap sikap Sutisna dapat menjadi contoh bagi anggota lainnya.

"Di kepolisian ada reward and punishment, kita berikan reward berupa piagam penghargaan, dengan pertimbangan punya dedikasi, loyalitas, dan kesabaran tinggi," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com