Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Grab dan Polisi soal Dugaan Penyetopan Saat Rombongan Presiden Lewat

Kompas.com - 09/03/2017, 21:07 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Public Relation Manager Grab Indonesia Dewi Nuraini mengatakan pihaknya telah mengetahui insiden intimidasi pengemudinya bernama Eko Yunianto yang tengah membawa seorang perempuan di Jalan Gatot Subroto pada Senin (6/3/2017).

Dewi membenarkan pengemudinya dibentak-bentak dan dirampas surat-suratnya, dan penumpangnya sempat ditendang.

"Iya benar dia lagi lewat itu mungkin jalur kepresidenan, terus distop, sempat ditoyor-toyor," kata Dewi kepada Kompas.com, Kamis (9/3/2017).

Kata Dewi, manajemen langsung menghubungi sang penumpang yang membagikan pengalamannya itu di Facebook, Grahita Disti Pramesthie dan juga Eko. Eko mengaku tidak keberatan atas aksi itu, ia hanya kaget lantaran tiba-tiba diberhentikan.

"Surat-suratnya diambil, terus katanya disuruh ambil di JW Marriott, cuma ketika sampai di sana, orangnya yang nyita itu enggak ada," kata Dewi.

Eko pun diberitahu oleh aparat yang ada di sana untuk mengambilnya di Polda Metro Jaya atau mengikuti sidang pada 23 Maret 2017. Namun, Eko tidak diberi surat tilang seperti penindakan pelanggaran pada umumnya.

"Ya dia (Eko) enggak apa-apa, cuma ya sekarang tidak ada surat," ujar Dewi.

Bukan polisi

Adapun Kasat Patwal Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya AKBP Slamet Widodo mengaku belum menerima informasi terkait peristiwa itu. Ia mengatakan personelnya (Patroli dan Pengawalan) tidak berseragam hitam seperti dua orang yang mengintimidasi Eko.

"Kalau bajunya hitam-hitam itu Paspampres lah," kata Slamet kepada Kompas.com, Kamis.

Selain itu, dugaan bahwa itu bukan polisi diketahui jelas dari tidak adanya surat tilang yang diberikan kepada Eko. Kata Slamet, ketika polisi mengambil surat-surat untuk disidangkan, pasti akan memberikan slip tilang entah warna merah atau biru.

"Ya kalau itu Paspampres pastinya dia tidak punya buku tilang, yang punya kan polisi," ujar Slamet.

Seorang netizen bernama Grahita Disti Pramesthie menceritakan pengalaman pahitnya yang merasa diintimidasi dua aparat saat menaiki ojek online di Jalan Gatot Subroto, Senin (6/3/2017). Pada akun Facebook-nya, Disti mengatakan bahwa pada awalnya ia hendak pulang ke indekosnya di Jalan Pancoran Barat dari kantornya di Gatot Subroto.

"Bapak Eko, hendak menyebrang untuk naik ke flyover Gatot Subroto. Pada saat menyebrang, terlihat banyak motor melaju cepat. Tiba-tiba saya mendengar ada yang membentak dari belakang, saya melihat dengan jelas dua orang berpakaian hitam dengan helm motor gelap memepet motor Bapak Eko dan menendang paha saya sebelah kiri," tulis Disti pada akun Facebook-nya, Senin.

Motor yang ditumpangi Disti pun oleng. Kedua orang berpakaian hitam tersebut terus memepet sambil membentak untuk menyuruhnya berhenti. Setelah berhenti, kata dia, anggota berseragam hitam tersebut menyuruh Disti dan Eko turun.

Semua lisensi Eko diambil, yakni SIM dan KTP. Eko diminta oleh polisi tersebut mengambil surat-suratnya di kantor polsek tertentu setelah mengantar Disty.

Orang itu bahkan mengancam untuk menjadikan sopir ojek online tersebut sebagai buron apabila tidak datang ke polsek. Disti yang terheran-heran dan ketakutan itu menduga anggota itu tersebut mengintimidasinya lantaran ojeknya melintasi jalur yang sedang diamankan untuk kedatangan pejabat negara.

Belakangan, postingan Disty itu sudah tidak ada di linimasa akun dia. (Baca: Perempuan Ini Mengaku Ditendang Polisi Saat Naik Ojek "Online")

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com