Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasto Sebut Ada Kekhawatiran Kubu Anies-Sandi karena Tren Elektabilitas Menurun

Kompas.com - 18/04/2017, 12:56 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto mengatakan, ada kekhawatiran dari kubu pasangan calon gubernur nomor tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, menjelang pencoblosan Pilkada DKI Jakarta pada 19 April 2017.

Menurut dia, kubu Anies-Sandi khawatir tren elektabilitasnya terus turun sehingga menjadikan hasil survei untuk membangun opini.

Kekhawatiran itu terbaca dari pesan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada masa tenang. Seperti diketahui, Gerindra dan PKS merupakan partai pengusung Anies-Sandi.

Menurut Hasto, pesan prabowo yang mengklaim kemenangan berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga tersebut salah arah.

Hasto juga menilai, pesan itu terlalu menyederhanakan "kebenaran suara rakyat" dalam tampilan hasil survei yang sering diragukan akurasinya.

“Dalam psikologi politik, pidato singkat yang disampaikan oleh Pak Prabowo dalam akhir masa kampanye tersebut justru harus dibaca terbalik," kata Hasto dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa (18/4/2017).

(Baca juga: Survei Indikator: Elektabilitas Ahok-Djarot 47,4 Persen, Anies-Sandi 48,2 Persen)

Pada akhir pekan lalu, Prabowo berpidato dan menyampaikan bahwa ia optimistis Anies-Sandi akan memenangkan kontestasi kursi kepemimpinan DKI Jakarta.

Ia mengaku telah membaca hasil survei sejumlah lembaga yang menunjukkan kecenderungan itu.

"Kami membaca melihat hasil-hasil lembaga survei, sebagian besar, hampir semuanya menunjukkan kehendak rakyat jakarta adalah perubahan, Anies Baswedan sebagai gubernur dan Sandiaga Uno sebagai wakil gubernur DKI Jakarta," kata Prabowo di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara Nomor 4, Blok M, Jakarta Selatan, Sabtu (15/4/2017) malam.

(Baca juga: Prabowo: Hampir Semua Survei Menunjukkan Rakyat DKI Ingin Perubahan)

Sementara itu, menurut Hasto, kubu Anies-Sandi menampilkan kekhawatiran atas tren elektabilitas yang terus menurun karena salah strategi kampanye.

"Kubu Anies-Sandi menampilkan kekhawatiran atas tren elektabilitas yang terus menurun akibat kesalahan strategi kampanye yang menampilkan wajah politik yang berbeda dengan tradisi kebudayaan bangsa Indonesia yang dikenal toleran, welas asih, dan suka bermusyawarah,” ujar Hasto.

Sebaliknya, Hasto menyebut tim kampanye calon gubernur-wakil gubernur nomor dua, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok-Djarot Saiful Hidayat emahami kultur dan sosiologi politik Indonesia.

Ia menyebut Ahok-Djarot tidak pernah memaksakan kehendak, lebih-lebih hanya menggunakan lembaga survei untuk klaim kemenangan sepihak.

"Kami tidak mau mengerdilkan suara rakyat yang dimanipulasi dengan klaim kemenangan yang seolah fantastis sebagaimana ditampilkan lembaga survei pimpinan Denny JA," kata Hasto. 

"Suara rakyat sangatlah sakral, karena menentukan nasib lebih dari 9,6 juta penduduk Jakarta. Ini adalah pilkada rakyat, bukan pilkada survei,” ujar dia.

Kompas TV Prabowo: Ahok Cukup 1 Periode Saja
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Megapolitan
Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com