Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekalahan Ahok dan Munculnya Juru Parkir Liar di Kalijodo

Kompas.com - 26/04/2017, 08:28 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Persoalan parkir di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kalijodo tengah menjadi sorotan. Pada akhir pekan lalu, juru parkir liar dan aksi premanisme bermunculan di RPTRA Kalijodo.

Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Widjatmoko mengatakan telah mengetahui jaringan juru parkir liar yang bekerja di kawasan RPTRA Kalijodo. Menurut dia, juru parkir liar di kawasan itu merupakan kelompok lama binaan tokoh setempat.

"Hasil pengamatan saya, ini (juru parkir liar) masih pemain lama. Grupnya Daeng Aziz sama Daeng Jamal," kata Sigit, kepada Kompas.com, Senin (24/4/2017).

Sebenarnya, Dishub DKI Jakarta pernah memasang lima terminal parkir elektronik (TPE) atau mesin parkir meter di sekeliling RPTRA Kalijodo. Namun penggunaan TPE tidak efektif. Masih banyak warga yang membayar secara non-tunai dan juru parkir liar masih berkeliaran.

Akhirnya TPE itu dicabut. Juru parkir pun semakin merajalela. Juru parkir itu terlihat menyebar dari Jalan Kepanduan II Tambora hingga ke kawasan Pejagalan, Jakarta Utara. Mereka berpakaian seperti warga pada umumnya.

Ahok masih gubernur

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pun berkomentar mengenai hal itu. Dia meminta Dinas Perhubungan DKI dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana DKI Jakarta turun tangan terkait masalah juru parkir liar di RPTRA Kalijodo.

Pria yang akrab disapa Ahok itu mengatakan preman yang menjadi juru parkir liar berani berbuat demikian karena merasa Ahok tidak bisa menindak mereka. Ahok mengatakan dia akan meminta bantuan polisi untuk menindak juru parkir liar di sana.

"Masalahnya mereka kurang ajar saja, preman, dia pikir saya sudah enggak bisa tindak dia. Makanya saya mau minta kepolisian tindak," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa.

Ahok menegaskan dia masih menjabat sebagai gubernur DKI sampai Oktober 2017. Masih ada sekitar 5 bulan bagi Ahok untuk memimpin Jakarta. Meski kalah Pilkada, dia masih bisa menindak tegas juru parkir liar di RPTRA Kalijodo.

"Dia merasa saya sudah bukan gubernur lagi, masih gubernur kok sampai 7 Oktober," ujar Ahok.

Baca juga: Ahok: Juru Parkir Liar Kalijodo Merasa Saya Sudah Bukan Gubernur Lagi

Parkir meter diganti gate

Ahok  menginstruksikan Dinas Perhubungan DKI Jakarta memasang gate parkir di RPTRA Kalijodo. Gate tersebut akan dipasang untuk menggantikan alat parkir meter.

"Saya sudah minta Dishub agar diubah saja. Kalau itu kan sudah dicopot-copoti nih yang parkir meter dan itu kan juga sudah satu jalan, kami ubah saja jadi gate," ujar Ahok.

Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah mengatakan tarif parkir kendaraan di Kalijodo akan diberlakukan secara progresif. Namun tarif parkir tak akan berlaku bagi kendaraan yang hanya akan melintas. Batas waktu agar kendaraan tidak dikenai biaya parkir yaitu 20 menit berada di dalam kawasan Kalijodo.

"Segera (akan dipasang). Kami minta untuk digratiskan, tidak bayar untuk waktu 20 menit mereka lintas di situ mereka tidak bayar. Tapi kalau mereka parkir di sana ada charge (biaya)," kata Saefullah.

Baca juga: Pemprov DKI Segera Buat Gate di Kalijodo

Kompas TV Diakhir Masa Jabatan, Ahok akan Usut Preman di Kalijodo
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com