Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Pasar Ikan yang Kecewa pada Pemerintah

Kompas.com - 04/05/2017, 05:12 WIB
David Oliver Purba

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Suyatno, warga Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, menyampaikan kekecewaannya terhadap Presiden Joko Widodo yang juga merupakan mantan Gubernur DKI Jakarta.

Kekecewaan Suyatno itu disampaikan saat Lembaga Bantuan Hukum (LBH) DKI Jakarta menggelar konferensi pers untuk merespons rencana Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama kembali menertibkan bedeng yang didirikan warga di Pasar Ikan.

Naik ke atas panggung, Suyatno sebelumnya menceritakan kebanggannya terhadap Jokowi dan partai pengusungnya, PDI-Perjuangan. Suyatno mengatakan, saat mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi datang dan berjanji tidak menggusur permukiman mereka.

Bahkan, lanjut Suyatno, Jokowi berjanji jika terpilih maka warga yang telah tinggal selama 20 tahun di kawasan itu bisa mendapatkan sertifikat hak milik atas lahan yang ditempati.

Karena tergiur dengan janji Jokowi itu, pada Pilkada DKI 2012 dia memilih Jokowi-Ahok.

"Saya sudah 30 tahun tinggal di sini. Pak Jokowi sebelum jadi gubernur datang kemari, injak tanah ini. Saya nyoblos PDI-P kan partai wong cilik. PDI-P memang untuk wong cilik," ujar Suyatno.

"Anak saya bilang 'nanti digusur Pak'. Saya bilang 'enggak', PDI-P kan dari Jawa, kok digusur (sama-sama orang Jawa)," ujar Suyatno.

Namun, belum terealisasi janji membuatkan sertifikat hak milik, Jokowi terpilih menjadi Presiden dan posisi Gubernur DKI Jakarta digantikan Ahok.

Saat pemerintahan Ahok, kawasan Pasar Ikan ditertibkan dengan dalih untuk merevitalisasi kawasan Sunda Kelapa. Suyatno mengaku kecewa dengan penertiban itu dan menilai Jokowi tak menepati janjinya.

"PDI-P gambar banteng, badan (seperti) kerbau, cocok untuk dipelihara rakyat miskin. Tapi kok jadinya seperti ini," ujar Suyatno.

(baca: Kuasa Hukum Warga Khawatir Pasar Ikan Dijadikan RPTRA dengan Dana CSR)

Warga Pasar Ikan lainnya, Damayanti, menyampaikan kekecewaannya terhadap pemerintahan Ahok. Dia menilai kawasan Pasar Ikan yang digusur adalah tempat dia bermain saat kecil dan tak jelas peruntukkannya setelah digusur.

Damayanti juga menilai rusun yang diberikan bukan solusi bagi warga korban penggusuran.

"Selama tinggal di rusun, warga kesulitan dalam mencari ekonomi. Bagi kami rusun bukan solusi, rusun tidak menyelesaikan persoalan," ujar Damayanti.

(baca: Ahok: Pasar Ikan Gusur Saja, Kasihan Pak Anies kalau Enggak Digusur)

"Kami miskin bukan jadi pilihan tapi bukan berarti tidak ada penghargaan kepada kami," ujar Damayani.

Adapun Ahok berencana kembali menertibkan kawasan Pasar Ikan yang sebelumnya sempat ditertibkan pada 11 April 2016. Saat ini di kawasan bekas gusuran itu berdiri banyak bedeng milik warga.

Kompas TV Pasca digusur setahun lalu, kini warga kembali menempati wilayah Kampung Akuarium, Pasar Ikan, Jakarta Utara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com