Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rani, Penderita Lupus Jemaah First Travel yang Tak Kunjung Umrah

Kompas.com - 15/06/2017, 16:20 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang jemaah dari agen perjalanan haji dan umrah First Travel (FT), Rani Anggraini, menulis di Facebook tentang kekecewaannya terhadap pengelola FT karena sampai saat ini dirinya masih belum bisa berangkat umrah.

Dalam tulisannya, Rani yang merupakan penderita lupus dan kanker payudara itu mengkritik sikap Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan, masing-masing merupakan Direktur FT dan Wakil Direktur FT karena tidak mengindahkan dirinya sebagai salah satu calon jemaah umrah.

"Saya selama ini tidak terlalu banyak komentar tentang FT tapi setelah saya melihat posting-an tentang keluarga Andika dan Anniesa dan saya melihat di TV orang sedang tawaf, saya menangis karena sudah susah payah mengumpulkan dana agar bisa berangkat dengan ibu dan suami saya," kata Rani saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (15/6/2017).

Baca juga: Tak Diberangkatkan First Travel, Belasan Calon Jemaah Umrah Mengadu ke DPR

Di dalam tulisan di Facebook itu, Rani bertanya bagaimana perasaan pasangan tersebut karena telah membawa uang para calon jemaah umrah, termasuk uang dirinya.

"Apa bapak ibu tenang dengan mendzalimi orang-orang yang susah payah mengumpulkan uang? Apa bapak dan ibu tenang melihat orang yang begitu inginnya pergi kesana? Apa bapak ibu bisa tidur tenang mengambil uang hasil jerih payah mereka?" tulis Rani.

Kepada Kompas.com Rani menceritakan kronologi bagaimana dirinya belum diberangkatkan ke Mekkah oleh FT. Jika sesuai jadwal, dia seharusnya berangkat umrah pada Mei 2017.

Pemilihan FT sebagai agen perjalanan umrah dilakukan Rani lantaran ibunya pernah menggunakan FT dan tidak ada masalah.

"Agen FT membuat grup Whatsapp untuk memudahkan penyampaian informasi dan FT menjanjikan bulan Mei 2017 semua jemaah yang membayar tahun 2016 akan berangkat," kata Rani.

Rani mengatakan, proses tersebut awalnya lancar, tetapi lama-kelamaan makin kacau dan dia diminta tambahan uang sebesar Rp 2,5 juta untuk umrah Ramadhan.

Setelah itu, hal aneh kembali terjadi karena FT malah memberikan penawaran daftar tunggu atau pengembalian dana. Namun, kata Rani, daftar tunggu itu masih belum jelas keberangkatannya dan pengembalian dana dalam waktu 90 hari kerja.

"Lucunya jemaah yang refund harus mengembalikan semua atribut perlengkapan umrah kalau tidak akan dikurangi sesuai harga perlengkapan masing-masing," imbuh dia.

Rani kemudian menceritakan perjuangannya mengumpulkan rupiah demi rupiah agar bisa berangkat umrah di tengah kemoterapi yang dia lakukan saat ini.

"Saya bekerja dengan merasakan rasa sakit. Kadang malah setelah kemo tidak bisa kerja, saya tahan itu semua hanya ingin pergi umrah. Mengumpulkan uang agar bisa pergi bersama ibu dan suami saya," tuturnya.

Rani merasa sangat sedih lantaran uang hasil keringatnya tidak jelas keberadaannya saat ini.

"Sebenarnya saya mau menemui FT langsung tapi kondisi saya yang harus menjalankan kemoterapi tidak memungkinkan. Pada akhirnya agen saya menyerah karena FT selalu memberikan janji keberangkatan yang tidak pasti," kata dia.

Hingga berita ini ditulis, posting-an Rani tersebut sudah dibagikan sebanyak 91 kali dan mendapat 96 komentar dari netizen. Pihak FT pun belum menanggapi keluhan Rani tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com