Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Plus Minus Tarif Progresif KRL Commuter Line

Kompas.com - 01/07/2013, 14:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Turunnya biaya perjalanan secara drastis sejak berlakunya Tarif Progresif KRL Commuter Line Jabodetabek disambut gembira banyak orang, khususnya kalangan penumpang kelas ekonomi. Namun, murahnya tarif baru komuter ini juga menimbulkan masalah baru.

Murahnya tarif komuter dari semula Rp 8.000 (jauh dekat sama saja) menjadi cukup Rp 2.000 untuk lima stasiun pertama membuat semua orang ingin menumpang kereta. Dampaknya, antrean mengular panjang karena lamanya proses pembelian tiket elektronik Commuter Line di loket.

Ini terjadi setidaknya di Stasiun Sudimara, Tangerang Selatan, ataupun di Stasiun Palmerah, Jakarta Pusat, Senin (1/7/2013) pagi. Proses pembelian tiket elektronik memerlukan proses pendataan.

Saat membeli tiket, penumpang akan ditanya stasiun tujuan. Setelah mengetahui stasiun tujuan, petugas loket melakukan input data ke komputer. Beberapa detik kemudian, keluar tiket elektronik secara otomatis.

Proses ini butuh waktu lebih lama dibanding karcis tiket yang tinggal sobek kemudian penumpang mendapat uang kembali. Proses bisa tambah lama kalau komputerisasi error kemudian petugas mengalihkan ke loket sebelahnya.

Akibat proses lebih lama di loket, antrean karcis mengular sampai menutupi pintu masuk parkir Stasiun Sudimara. "Tin, tiiiin... tiiinnn," bunyi klakson mobil pun bersahutan meminta antrean penumpang sedikit minggir untuk memberi jalan mobil yang masuk area parkir.
 
Akibat murahnya tarif baru, jumlah penumpang pun membeludak, sedangkan frekuensi perjalanan tidak ditambah. Apalagi terjadi migrasi penumpang dari kereta kelas ekonomi (jurusan Rangkas Bitung-Jakarta) ke KRL Commuter Line.

"Ya, murahnya pasti kita senang. Tapi kalau ini dibayar dengan makin berjubelnya penumpang, ini mengancam keselamatan," keluh Dian, seorang penumpang yang bekerja sebagai pegawai bank swasta.

Dian berharap frekuensi komuter ditambah. Apalagi, di depan mata Dian, seorang wanita hamil jatuh pingsan ketika berdesakan di dalam komuter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com