Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kalau Baik Dikasih Rp 100 Ribu, kalau Pelit Cuma Rp 20 Ribu"

Kompas.com - 21/07/2013, 15:36 WIB
Ariane Meida

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Hujan turun kadang rintik kadang deras, ratusan orang merapatkan diri ke tenda-tenda pedagang pasar Tanah Abang di depan area blok F. Sebagian orang masuk ke area pertokoan, sebagian mengerumun di bawah jembatan layang mencari keteduhan.

Berjalan kaki dari Blok F sampai Blok A di Pasar Tanah Abang, Minggu (21/7/2013) ini, bagai berkendara menerjang macet di Ibu Kota, saat jam-jam sibuk.

Di sudut lain, pedagang berteriak, "Siapa lagi yang mau beli?". Pengunjung yang tertarik berhenti di depan gerai, lalu aliran manusia di belakangnya memadat dan mendesak mencari jalan.

Di antara kegaduhan pedagang dan kesibukan pengunjung melihat-lihat barang dagangan atau bertransaksi, beberapa pria berbaju merah tampak dengan santai bersandar di pagar-pagar balkon lantai tiga, pasar Tanah Abang Blok A. Di punggung mereka tertulis "Porter". Inilah kisah mereka.

"Kalau rame gini yang sewa porter malah sepi Mbak, pada jalan-jalan doang. Sebenarnya, ada aja sih yang minta angkut, tapi kalo bayarnya kecil porter pada enggak mau. Macet gini kan makin berat," kata Roni (25), salah seorang pria yang mengenakan kaus bertuliskan porter.

Menurut Roni, yang telah menjadi kuli angkut di Pasar Tanah Abang selama dua tahun ini, keramaian memang selalu terjadi pada bulan Ramadhan. Apalagi menjelang Hari Raya Idul Fitri. Namun, mereka yang menyerbu Pasar Tanah Abang, bukan penjual grosiran, melainkan konsumen perorangan. Sehingga, tak banyak yang membutuhkan jasanya.

Jika ramai, kata Roni, ia bisa mendapatkan 6 kali "ngangkut" dengan beban rata-rata 20-30 kilogram sekali angkut. Biasanya, pengunjung minta diantarkan ke terminal, stasiun Tanah Abang, atau pun tempat parkir. 

"Kalau yang sewa baik, saya bisa dikasih Rp 100 ribu sekali angkut. Kalau pelit cuma Rp 20 ribu," kata Roni.

Meski kadang dibayar minim, Roni mengaku tak pernah protes kepada pelanggannya. Dengan tarif angkut seperti itu, pria lulusan SD ini mengaku bisa mendapatkan Rp 300 ribu per harinya.

"Tuhan yang ngatur rejeki saya, tapi banyak porter yang marah-marah," ujarnya.

Roni bekerja sebagai porter bersama sekitar 300 orang lainnya dan dikepalai oleh satu orang mandor. Setiap minggu, ia menyetor Rp20 ribu kepada mandornya. Menurutnya, ada lebih dari 1.000 orang yang berprofesi menjadi porter di seluruh kawasan pasar Tanah Abang ini.

Roni bekerja dari hari Senin sampai Minggu. Ia memutuskan tidak libur untuk mendapatkan pemasukan yang lebih besar.

"Teman-teman banyak yang enggak puasa karena enggak kuat, tapi saya mah masih puasa sampai sekarang," kata Roni.

Setiap harinya, ia mendiami kontrakannya yang berukuran 3x3 meter bersama dua orang temannya, di kawasan Jati Bunder. Kontrakan itu disewanya Rp250 ribu per bulan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com