Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyesal Tak Dapat Kios di Blok G

Kompas.com - 05/08/2013, 10:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) di Tanah Abang terancam tak bisa berjualan lagi. Penyebabnya, nama mereka tidak terdata untuk masuk ke Pasar Blok G Tanah Abang.

"Kiosnya sudah penuh, sudah tidak bisa lagi mendaftar," kata petugas Pengelola Pasar Blok G, Jumat (2/8/2013). Padahal, antrean PKL yang mendaftar untuk mendapat lapak di Blok G masih panjang.

Kamal (39), pedagang yang memiliki tiga lapak PKL di Jalan Kebon Jati tampak gusar. Dia bingung bagaimana melanjutkan usahanya usai Lebaran nanti. Padahal, sesudah Lebaran, PKL masuk ke Blok G semua.

Menurut Kamal, dulu pada tahun 2005 ketika seluruh PKL dipaksa masuk ke Blok G, ia sudah memiliki dua kios. Tapi dia kembali ke jalan karena dagangannya tidak laku. "Eh, sekarang saya justru tidak dapat kios di Blok G," ujar Kamal kepada Warta Kota.

Kamal mengaku sudah didata di kantor Kelurahan sekitar dua minggu lalu. Tapi, kemudian dia baru dapat informasi lagi kalau harus mendaftar ke pengelola Pasar Blok G. Namun, saat datang mendaftar, ternyata sudah terlambat. Dia pun tidak kebagian kios.

Kamal adalah penjaga baju muslim dan anak-anak. Dia memecah barang dagangannya itu di tiga lapak berbeda di Jalan Kebon Jati. Lelaki berkulit gelap ini mengaku pusing apabila tidak bisa berjualan lagi. Sebab ketiga anaknya masih duduk di SD.

Pengeluaran Kamal untuk biaya sekolah tiga anaknya mencapai Rp 3 juta per bulan. "Anak saya sekolah di SD swasta semua. Makanya agak mahal," jelas dia.

Kamal mengaku agak jengkel dengan sistem pendataan. Sebab ada informasi banyak PKL dari luar Pasar Tanah Abang yang mendapat kios di Blok G. Menurut Kamal, hal itulah yang membuat kios di Blok G cepat habis.

Di Blok G, berdasarkan data pengelola, ada 1.006 kios. Lalu jumlah PKL di sekutar Blok G atau Jalan Kebon Jati hanya 982. Sehingga, semestinya semua PKL di Jalan Kebon Jati kebagian kios di Blok G. "Aneh kan, kok saya bisa tak kebagian," kata Kamal.

Begitu juga Rusdi (45), PKL lainnya di Jalan Kebon Jati yang mengaku tidak kebagian kios di Blok G. Pada Jumat (2/8/2013) kemarin, Rusdie mengantre sendirian di kantor pengelola Blok G. Dia meninggalkan lapaknya kepada istrinya, padahal pembeli sedang ramai.

Dia mengaku sudah mendaftar ke kantor kelurahan, tapi ternyata namanya tidak masuk sebagai salah satu penerima kios Blok G. Makanya, kemudian, dia mendaftar ke kantor pengelola. Tapi ternyata sudah tidak kebagian. "Tak Tahulah, nanti bagaimana," kata dia lemas.

Rusdi sudah lima tahun menjadi PKL di Jalan Kebon Jati. Dia mau dipindah ke Blok G. " Tapi kalau tidak dapat tempat seperti ini, ya mau bagaimana lagu. Paling tetap nekat jadi PKL di jalan saja," ujarnya.

Dia tidak punya pilihan lain, sebab sudah kerasan menjadi PKL. Omzetnya terbulang besar, ia bisa mendapat Rp 3-5 juta sehari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com