Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Penyekapan: "Ini Kehidupan Saya yang Kedua..."

Kompas.com - 18/09/2013, 19:48 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Ahmad Zamani (32), salah satu korban penyekapan di ruko PT BJM, di Jalan Hayam Wuruk No 120-D, Taman Sari, Jakarta Barat, merasa bersyukur masih bisa selamat. Dia merasa diberikan kesempatan hidup kedua.

Pria asal Cilacap, Jawa Tengah, ini disekap selama dua minggu. Selama itu pula, dia mendapat perlakuan yang tidak manusiawi seperti dipukul kepalanya dengan pistol, ditendang di sekujur tubuh bahkan juga di ulu hati, disulut dengan api rokok, kemaluannya diolesi balsam, serta hanya diperkenankan buang air di ember.

Bahkan, Zamani juga disiksa secara mental karena pelaku penyekapan mengancam akan memerkosa istri dan akan memotong tangan anaknya yang ada di Cilacap.

"Karena itu saya mengucapkan terima kasih pada Pak Polisi. Ini kehidupan yang kedua buat saya," ucapnya di Mapolsek Metro Taman Sari, Rabu (18/9/2013).

Zamani menuturkan, awal mula semuanya terjadi saat dia memulai bisnis saham online beserta beberapa orang pada 2012. Di tahun pertama, usaha tersebut sukses. Namun di tahun kedua, yaitu tahun 2013 ini, usaha tersebut kolaps.

Saat itu, Zamani mempunyai utang sebesar Rp 1,5 miliar. Dia meyakinkan rekan-rekannya bahwa dia akan mampu melunasi kerugian tersebut, namun tentunya butuh waktu. Namun ada seseorang rekannya bernama Franky yang tidak sabaran.

"Akhirnya dia menggunakan jasa debt collector. Saat pertama kali dibawa, saya bangun pagi sudah ada beberapa orang di rumah saya yang langsung menutup kepala dan memasukan saya ke mobil," ujarnya.

Dalam perjalanan yang sangat jauh dan dalam posisi diborgol, Zamani hanya bisa pasrah. Karena kepalanya ditutup, dia pun tidak tahu ke mana arah tujuan dia dibawa. Yang dia ingat, mobil yang membawanya hanya sekali berhenti, kemungkinan saat itu para penculiknya istirahat makan.

Kemudian, kata Zamani, penutup kepalanya dibuka saat dia telah sampai tujuan. Saat itu waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB. Dia dibawa ke sebuah lorong yang gelap.

"Setelah di mobil saya disiksa, sesampai di tempat saya disiksa lagi ramai-ramai. Dan saya dipaksa menandatangani pernyataan jika selama sepuluh hari tidak bisa melunaskan uang tagihan, saya harus rela disiksa sampai mati," ungkapnya.

Polsek Metro Tamansari menggerebek dan menyelamatkan Zamani beserta seorang korban lainnya, yakni Arifin (40), Selasa (17/9/2013) sekitar pukul 22.00 WIB. Polisi mendapat informasi dari salah satu warga yang masuk melalui Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat(Bhabinkamtibmas) setempat, sekitar pukul 20.00 WIB.

Menurut Zamani, dia sempat mengalami penyiksaan yang terakhir kali dari para tersangka sekitar pukul 18.00 WIB. Saat rombongan polisi yang datang menyelamatkannya tiba dengan membawa senjata, saat itu dia mengira para polisi adalah para tersangka.

"Saya kira saat itu saya sudah mau dibunuh," ujarnya.

Saat ini, pihak kepolisian masih melakukan pendalaman terkait keterlibatan Franky dalam kasus ini. Sementara istri dan anak Zamani sudah dalam pengamanan Polres Cilacap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com