Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikritik, Kepemimpinan Ratu Atut Chosiyah

Kompas.com - 07/10/2013, 18:32 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Gandung Ismanto menilai, banyak kebijakan pembangunan infrastruktur yang dicanangkan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah tidak tepat sasaran. Dampaknya, masih tingginya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran yang terdapat di provinsi tersebut.

"Ada sejumlah proyek mercusuar yang tidak diperlukan yang telah dicanangkan oleh Gubernur Banten, seperti pembangunan bandara bertaraf internasional di wilayah Banten Selatan, dan pembangunan stadion bertaraf Olimpiade," kata Gandung kepada Kompas.com, Senin (7/10/2013).

Gandung mengatakan, pertumbuhan ekonomi di Banten secara sentralistik hanya terfokus pada wilayah Cilegon dan Tangerang. Tak heran pertumbuhan ekonomi di kedua wilayah itu cukup pesat lantaran banyak perusahaan berskala nasional yang menanamkan modalnya di sana. Sementara, investasi yang besar itu justru tidak dapat mendorong pertumbuhan industri lokal yang ada.

Dampaknya, ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi di wilayah Banten tidak merata. Gandung mencontohkan, masih banyak warga miskin tanpa pekerjaan yang tinggal di wilayah Banten Selatan seperti Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Selain itu, kedua wilayah yang terkenal dengan kawasan pertanian tersebut tak dapat memenuhi kebutuhan pangan warganya.

Tidak hanya itu, bahkan di Kota Serang sebagai Ibu Kota Provinsi Banten, banyak warga yang hidup di bawah garis kemiskinan. "Seharusnya di Pandeglang dan Lebak itu dibangun infrastruktur jalan sehingga dapat membantu menggerakan roda pertanian di sana, bukannya justru dibangun bandara," katanya.

Lebih lanjut, Gandung mengatakan, secara geografis, Banten adalah provinsi yang sangat strategis. Banten merupakan penghubung antara Jawa dan Sumatera. Selain itu, Banten juga termasuk wilayah penyokong Jakarta. Sayangnya, meski strategis, Pemerintah Provinsi Banten dinilai lemah dalam melihat prospek besar yang ada di Banten.

Hal itu, kata Gandung, terlihat dari hasil evaluasi yang dilakukan Badan Pusat Statistik yang menunjukkan tingkat pengangguran di Banten masih menembus angka 13 persen. Selain itu, masih berdasarkan data BPS, tingkat pengentasan kemiskinan juga masih rendah yakni 7,6 persen.

Gandung mengatakan, masih tingginya angka kemiskinan di Banten tidak sejalan dengan pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Banten. Pada tahun 2002, APBD Banten hanya Rp 14 miliar, tetapi pada tahun 2012 meningkat menjadi Rp 5,7 triliun. "Tingginya pertumbuhan APBD tidak serta merta mendorong pertumbuhan ekonomi," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com